Secarapribadi, saya terinspirasi oleh Rudy Habibie muda yang menghadapi tantangan tidak ringan dalam studinya. Habibie yang berkali-kali mengatakan "saya gagal" pun saya alami. Karena sebagai sesama perfeksionis, kegagalan adalah hal yang paling ditakuti. Dan Rudy Habibie muda ternyata juga sulit memperoleh teman yang percaya pada visinya.
Film ini memang sekuel dari film Habibie & Ainun 2012, sehingga memiliki judul alias “Habibie & Ainun 2”. Digarap oleh rumah produksi berdana besar dan berpengalaman panjang yaitu MD Pictures dengan produser Manoj Punjabi, penonton bisa berharap tontonan yang menarik. Sebagai seorang kritikus film independen tanpa bayaran, saya tentu mengharapkan lebih. Karena ini film biografi dengan latar sejarah, satu yang saya soroti adalah bagaimana sutradara dan seluruh crew film menampilkan keakuratan detail di layar perak. Dan, dengan melihat sekali saat tayang perdana untuk umum di bioskop Kamis 30/6 kemarin, sedikit-banyak saya cukup terpuaskan. Walau, tetap saja, tak ada gading yang tak retak. OK. Kita mulai saja ulasannya. Untuk menonton film ini, diharapkan Anda sudah menyaksikan sekuel film pertamanya,Habibie & Ainun 2012. Karena ada beberapa bagian yang sangat terkait dengan film itu. Tetapi bila tidak pun, sebenarnya tidak masalah. Hanya saja, karena bagi orang Indonesia sosok Prof. Dr. Ing. Bacharudin Jusuf Habibie begitu terkenal, cerita dan karakter di film ini terasa asing karena memang tak tampil di kehidupan sang presiden ketiga negara kita itu. Karakter utama film ini tentu saja Rudy Habibie, yang masih menempuh studi S-1-nya di Jerman, tepatnya di RWTH Rheinisch-WestfĂ€lische Technische Hochschule di kota Aachen. Bila di film pertama dikisahkan saat ia menempuh studi doktoral hingga jadi Presiden, maka berarti film ini bisa dibilang prekuel dari serial pertamanya. Satu hal kecil namun terasa mengganggu bagi penonton dengan detail seperti saya adalah ketiadaan penjelasan waktu terjadinya peristiwa. Pada tulisan di layar, hanya ada tulisan nama kota. Padahal, bukan hal sulit mencantumkan tambahan “Aachen-Jerman, awal 1960” misalnya. Ini akan terasa mengganggu ketika ada tokoh historis Bung Karno dimunculkan di layar. Padahal kita tahu, Habibie justru adalah pendukung utama Soeharto, presiden kedua Indonesia yang menggulingkan sang proklamator. Konflik ini akan muncul di seperempat akhir film. Tapi marilah kembali fokus ke cerita, yang tampaknya diinginkan pihak produser dan sutradara agar penonton terbuai di sana. Kisah dimulai saat Rudy kecil dan adiknya Fanny sedang bermain bersama teman-temannya di Pare-pare. Mereka melihat empat pesawat milik tentara Dai Nippon sedang membom pelabuhan. Habibie nyaris terjatuh dari tebing karena selain asyik, juga terkejut ternyata pesawat yang disenanginya malah melakukan hal jahat. Sementara di rumahnya, ibu mereka Dian Nitami –yang dipanggil mami- memutuskan mengungsi. Padahal ayah dan kedua anak lelakinya itu belum pulang. Rudy bertemu ibu dan keluarganya di jalan, tapi ia kembali ke rumah karena tak mau meninggalkan buku dan pesawat model mainannya yang disebut “Meccano”. Saat tiba di rumah, tak lama sang ayah pun pulang mendapati rumah sudah berantakan. Ia memaksa kedua anaknya untuk segera pergi walau Rudy belum sempat menyelesaikan berkemasnya. Kisah masa kecil Rudy inilah yang kemudian di sepanjang film menjadi semacam jangkar bagi Rudy muda yang tengah menempuh pendidikan jauh di negeri orang. Kisah lantas beralih ke saat Rudy menempuh pendidikan strata satu di Jerman. Ia termangu di depan sebuah gereja yang direkomendasikan dari tanah air. Seorang pastor yang keluar memperkenalkan namanya, dan meski ia orang Jerman, tapi ternyata fasih berbahasa Indonesia. Ternyata Pastor Gilbert itu adalah teman dari Romo Soegijapranata -Uskup Semarang- saat masih di seminari. Bersama sang pastor, Rudy mencari rumah yang mau menampung dirinya untuk indekost. Ternyata, profilnya dari negara bernama Indonesia yang tidak dikenal membuatnya sulit diterima. Dan itu bukan kesulitan pertamanya sebagai mahasiswa, walau ia digambarkan fasih berbahasa Jerman dan Belanda, yang merupakan bahasa serumpun, selain bahasa Inggris dan juga Prancis. Rudy yang kaku dan cenderung kuper ternyata ditaksir beberapa wanita karena kepintarannya. Di film ini digambarkan ia menjadi bintang di sebuah pesta yang diadakan oleh PPI Perhimpunan Pelajar Indonesia. Tetapi tentu saja romansa yang terjalin adalah antara Rudy dengan Ilona, dengan bumbu cinta tertolaknya Ayu. Detailnya tentu lebih nyaman bila disaksikan sendiri. Oh ya, karena kita tahu bahwa Habibie akhirnya menikah dengan Ainun, tentu bukan rahasia bila penonton bisa menebak bahwa kisah romansanya dengan Ilona juga pada akhirnya kandas. Dalam bagian-bagian berikutnya, saya lebih memilih membahas mengenai beberapa aspek dalam sinematografi daripada jalan ceritanya. Karena untuk hal ini, lebih terasa asyik bila menonton langsung filmnya di bioskop. Oh ya, ada “intipan” juga untuk sekuel ketiganya pasca film sebelum credit title. Sebuah gaya keren yang meniru model filmnya Marvel. Alur dan Teknik Penceritaan Rudy Habibie sedang mengikuti ujian masuk RWTH Foto MD Pictures Rudy Habibie sedang menempuh ujian masuk RWTH. foto MD Pictures Satu hal yang harus sangat diingat penonton, film ini fiktif berlatar historis. Hanya “based on inspiring true story” bukan “true story”. Diangkat dari buku berjudul Rudy Kisah Masa Muda Sang Visioner karya Gina S Noer. Beberapa karakter saya ragukan keaslian historisnya karena saya sama sekali tak membaca bukunya. Seperti karakter Ayu yang digambarkan sebagai “putri raja Solo” yang bahkan didampingi abdi dalem saat kuliah di Jerman. Apakah karakter ini benar ada? Berarti ia adalah salah satu putri “raja Solo”, walau tak jelas yang mana, apakah Kasunanan Surakarta atau Kadipaten Mangkunegaran? Bila karakter ini historis dan faktual, bukankah sama saja menyatakan putri sang raja tertolak cintanya oleh Habibie dan itu sedikit banyak mempermalukan harkat dan martabatnya? Patut dicatat saya menulis resensi ini dengan mengesampingkan wawancara dengan para pemain dan produser yang saya lihat di televisi. Juga ketiga karakter antagonis yang dikisahkan merupakan veteran dari “Laskar Pelajar” yang juga sedang belajar di RWTH. Apalagi mereka bertiga sampai menghajar Rudy secara fisik. Padahal seringkali mereka juga mem-bully-nya. Agak tidak masuk akal juga seorang di antaranya yaitu Panca Cornelio Sunny sampai membawa-bawa pistor Luger ke mana-mana. Walau tentu regulasi di Jerman bisa berbeda, agak aneh seorang WNA bisa bebas bersenjata api. Alur penceritaan film ini maju dengan beberapa kilas balik flash-back ke masa lalu Rudy kecil. Teknik penceritaannya adalah melalui “God’s eye” atau “angel’s eye” yang menunjukkan seolah kita melihat rekaman hidup Rudy dan para karakter di sekitarnya. Semacam reka ulang non-dokumenter dengan bumbu dramatisasi di sana-sini. Yah, soal dramatisasi ini saya merasakan aroma “lebay” di beberapa scene. Pertama adalah adegan saat Rudy masih kecil. Adegan ini bahkan dua kali diulang sebagai kilasan memori. Itu adalah adegan saat pengungsi tampak berjongkok sambil menutup telinga di sebuah lapangan, sementara di latar belakang mereka tampak ada ledakan dari bom yang dijatuhkan pesawat. Duh, adegan berteriak sambil berjongkok dan menutup telinga itu terlihat sekali diaturnya. Tidak alami. Kedua adalah saat Alwi Abdul Jalil Habibie Donny Damara ayah Rudy Habibie meninggal dunia saat sedang menjadi imam shalat. Luar biasa khusnul khatimah-nya. Apalagi ditambah adegan slow-motion para anggota keluarga yang menangis, tentu saja untuk memancing penonton ikut menangis terharu. Pemain dan Karakter Ilona dan Rudy Foto MD Pictures yang dimuat Ilona dan Rudy Foto MD Pictures yang dimuat Mengenai para pemain, saya terutama memuji penampilan Chelsea Islan sebagai Illona Ianovska, yang mampu mengimbangi pasangan mainnya yang lebih senior Reza Rahadian sebagai Rudy Habibie. Hanya satu kekurangan, teknologi perfilman kita belum mampu membuat tokoh seperti Dwarf di trilogy film The Lord of The Ring dan The Hobbit. Sehingga Rudy di film sama jangkungnya dengan pemerannya, dan jelas lebih tinggi daripada Rudy historis yang masih hidup. Tak heran terlihat ada satu adegan di taman dimana Chelsea mengenakan sepatu berhak tebal demi mengimbangi ketinggian fisik pasangan mainnya itu. But, after all, dengan kepiawaian acting keduanya, soal kekurangan penampilan fisik tertutupi dengan baik. Satu pemain lagi yang mampu mencuri hati saya adalah Indah Permatasari yang memerankan Ayu. Ia mampu tampil kenes dan menggemaskan, sesuai karakter putri Solo yang diperankannya. Padahal ia baru berusia 18 tahun lho. Kelemahan pemilihan pemain justru tampak dari pemain pendukungnya. Saya sangat mempertanyakan pemilihan tiga komika stand-up comedian di film ini, yaitu Pandji Pragiwaksono, Ernest Prakasa dan Boris Bokir. Padahal, peran mereka serius. Hanya karakter milik Boris yaitu Poltak Hasibuan yang agak kocak, lainnya tidak. Kerancuan ini nampak jelas karena saat Ernest pertama kali muncul, banyak alay yang menonton di bioskop bersama saya tertawa. Sementara Pandji rupanya agak kurang dikenali para alay dan mampu tampil cukup perform dengan perannya sebagai Peter, senior Rudy. Selain mereka bertiga, riasan Dian Nitami sebagai ibunda Rudy Tuti Marini Puspowardojo, agak kurang pas. Masih terlihat terlalu muda. Walau jujur, saya tak tahu berapa tepatnya usia Mami Rudy di masa Rudy masih seusia anak sekolah dasar. Tapi di hati kecil saya berharap kemunculan pemain seusia Christine Hakim untuk memerankannya. Namun setelah saya pikir, seharusnya usia maminya Rudy masih sekitar 30-40-an tahun saat itu, karena “orang zaman doeloe” banyak yang menikah muda. Maka, riasan dengan rambut beruban justru terlalu berlebihan. Sementara karakter ayah Rudy tampil cukup kuat walau hanya sebentar saja durasinya. Property, Wardrobe dan Detail Lain Karakter dari kiri ke kanan Peter, Liem Keng Kie, Rudy, Mami Habibie, Ayu, Poltak Sumber foto Karakter dari kiri ke kanan Peter, Liem Keng Kie, Rudy, Mami Habibie, Ayu, Poltak Sumber foto Saya memilh tak menterjemahkan kedua istilah perfilman itu dari bahasa Inggris, walau ada padanannya yaitu “perlengkapan” dan “busana”, tetapi terasa kurang pas. Karena ada konotasi atau rasa bahasa yang terasa kurang dari terjemahannya. Satu kelemahan fatal dari wardrobe adalah busana Bung Karno. Well, digambarkan Bung Karno pernah mengunjungi Jerman. Pakaian sang Bung Besar digambarkan di film begitu kedodoran dan tak pas di badan. Jahitannya pun tak rapi. Saya agak heran dengan kelemahan detail itu. Padahal, Bung Karno terkenal dandy dan trendy. Agak sulit dipercaya pakaian jas yang dikenakan seorang presiden seberantakan itu. Demikian pula ia tampil polos dengan jas putih saja, tanpa mengenakan atribut kemiliteran sebagai Pangti ABRI/KOTI sama sekali. Padahal, dari foto-foto sejarah, kita tahu Bung Karno selalu tampil sebagai panglima militer tertinggi lengkap dengan beragam tanda jasa di dadanya, terkadang malah dilengkapi bintang lima di pundaknya. Karakternya memang cuma sepintas tampil saja, walau malah disayangkan wajahnya yang jelas tak mirip sempat tampil. Padahal justru pengambilan gambar dari punggung dan hanya tangan saja lebih pas. Selain itu, secara umum wardrobe cukup teliti dalam memotret busana era 1960-an. Walau begitu, detail lain saya puji, yaitu artikel di koran Jerman tentang kedatangan Soekarno di sana. Walau tentu untuk era digital printing seperti ini tak sulit membuatnya, beda kasus bila film ini dibuat 20 tahun lalu misalnya. Terakhir, yang amat saya sayangkan, keberpihakan pembuat film ini –entah disengaja atau tidak- pada rezim Orde Baru-nya Soeharto teramat sangat terasa. Koran yang memuat berita soal Soekarno tadi misalnya, cuma dijadikan alas shalat darurat oleh Rudy, yang setelahnya jelas Rudy membuangnya begitu saja. Demikian pula di seperempat terakhir film terasa sekali nuansa anti-Soekarno digambarkan di sana. Tokoh antagonis pun disebut dari “Laskar Pelajar”, yang jelas terlalu dekat penamaannya dengan kesatuan historis “Tentara Pelajar”. Dan pertentangan terhadap penyelenggaraan Seminar Pembangunan kontra Front Nasional merupakan penggambaran yang terlalu telanjang terhadap suasana pro-kontra Soekarno dan rezim Orde Lama. Oh ya, penamaan Orde Lama dan Orde Baru pun sebenarnya bias, karena diciptakan oleh rezimnya Soeharto. Rudy pun digambarkan berani bicara keras –bahkan sambil menudingkan telunjuk tangan- kepada Bung Karno, satu hal yang terasa mustahil benar terjadi. Bung Karno memang dikenal dekat dengan rakyat hingga siapa saja bahkan bisa masuk istana saat ia menjabat. Tapi, di era 1960-an usai ia diangkat jadi Presiden Seumur Hidup oleh MPRS pada 15 Mei 1963, posisinya sudah begitu absolut dan membuat orang takut. Tidak mungkin seorang mahasiswa –apalagi sesantun Habibie muda- berani menudingkan telunjuk kepada presiden. Apalagi Habibie digambarkan selain santun juga sangat menghormati orang yang lebih tua. Bagaimana pun, Bung Karno adalah orang tua yang kebetulan diamanatkan sebagai presiden kita saat itu. Mengenai property, pemilihan lokasi sangat cermat. Penggambaran setting di Indonesia, Jerman dan Chekoslovakia bagus. Penonton akan dibawa ke suasana Jerman di masa 1960-an. Walau sekarang banyak kota di Jerman sudah banyak berubah, menemukan lokasi yang tepat tentu sebuah tantangan tersendiri. Detail kecil seperti kotak telepon umum serta telepon yang nomornya diputar tentu juga merupakan sebuah kerja yang tidak mudah dari tim yang bertugas. Dan ini saya pujikan telah dikerjakan dengan baik. Detail lain adalah pada bahasa. Saya memuji penggunaan bahasa Jerman yang cermat dan tanpa kesalahan tata bahasa. Kebetulan saya cukup menguasai walau mungkin tak sefasih Habibie. Dalam film, tantangan terberat ada pada karakter Ilona, seorang Polandia yang mampu berbahasa Jerman, Inggris bahkan bahasa Indonesia. Dan luar biasanya, Chelsea Islan bahkan mampu memerankannya dengan sangat baik sampai saya lupa dia orang Indonesia! Pesan & Hikmah Bagi Penonton Seusai menonton film ini, penonton tentu diharapkan terinspirasi dari perjuangan Habibie muda. Nama Habibie sendiri sebenarnya nama keluarga, tapi kita memang mengenal Bacharudin Jusuf Habibie sebagai Habibie saja, walau ada banyak Habibie lain di keluarga beliau. Penggambaran film biografi –sebagaimana juga buku biografi- yang dilakukan dengan supervisi pemilik riwayat hidup terkait, memang sulit untuk obyektif. Hampir pasti yang ditonjolkan adalah sisi-sisi positifnya saja. Kecil kemungkinan ada cacat dan cela yang ditampilkan. Walau masih lebih baik biografi dengan supervisi daripada otobiografi. Namun, tentu yang paling obyektif adalah biografi yang ditulis ahli tanpa supervisi. Jadi, harus dimaklumi bila sebagian besar cerita semata adalah hal positif. Secara pribadi, saya terinspirasi oleh Rudy Habibie muda yang menghadapi tantangan tidak ringan dalam studinya. Habibie yang berkali-kali mengatakan “saya gagal” pun saya alami. Karena sebagai sesama perfeksionis, kegagalan adalah hal yang paling ditakuti. Dan Rudy Habibie muda ternyata juga sulit memperoleh teman yang percaya pada visinya. Bagaimana pun, film ini bagus untuk edukasi, terutama bagi generasi muda. Dan di hari perdana penayangan untuk umum kemarin, kursi bioskop terisi penuh. Bisa jadi target “angka sakral” 1 juta penonton bisa ditembus film ini, seperti halnya telah sukses dilakukan sekuel film pertamanya. Pada akhirnya, kerja keras crew film yang dipimpin Hanung Bramantyo sebagai sutradara harus diberikan apresiasi tinggi. Proficiat! Tulisan ini juga dimuat di Kompasiana

Satudi antara mereka juga memiliki keistimewaan atau kelebihan masing-masing. Di samping itu, setiap Presiden memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh presiden lainnya. Salah satu Presiden yang memiliki keistimewaan tersebut adalah Presiden BJ Habibie yang baru saja meninggal dunia pada 11 September 2019 sekitar pukul 18:05 di RSPAD

Review Film Rudy Habibie – Menceritakan bagaimana perjalanan Habibie saat masih menempuh pendidikan di Jerman, film ini merupakan film kedua dari trilogi film Habibie dan Ainun. Dalam film ini bukan hanya menceritakan perjuangan Habibie yang diremehkan karena ingin membantu Indonesia membangun pesawat, namun juga perjalanan kisah asmaranya dengan gadis Polandia. Pada awal film ini diperlihatkan bagaimana Rudy, panggilan dari Habibie saat masih kecil. Saat sedang bermain dengan teman-teman, mereka dikejutkan dengan serangan dari pesawat Jepang yang membuat mereka harus bersembunyi. Setelah itu, Rudy dan saudaranya langsung pergi kerumah. Perumahan yang diledakkan, membuat seluruh warga berhamburan dengan keadaan panik termasuk dengan keluarga Rudy. Keadaan pada saat itu, dimana serangan jepang terus berlanjut membuat keluarga Habibie harus terus berpindah-pindah mencari tempat yang aman, sampai akhirnya mereka tinggal di rumah kakek dan nenek habibie. Baca Juga Alasan Nonton Sampai Pesan Moral dari Film Rudy Habibie, Prekuel dari Trilogi Habibie & Ainun Dalam scene tersebut kita bisa melihat bagaimana kehidupan pada saat penjajahan jepang, mulai dari pakaian, lingkungan, sampai juga perumahan yang dibuat dilokasi menggambarkan keadaan pada saat penjajahan dahulu. Film selanjutnya berubah, dimana Rudy sudah berada di Jerman dan menunggu seseorang. Mereka akhirnya bertemu dan sama-sama mencari induk semang untuk Rudy yang nantinya akan menjadi tempat tinggal Rudy selama ia belajar di Jerman. Rudy sendiri mendapat beasiswa ke Jerman dari Indonesia, sesampainya disana ia berkenalan dengan beragam orang dari beragam budaya dan juga bahasa. Termasuk Ilona Ianovska gadis cantik keturunan Polandia yang nantinya akan menjadi kekasih Rudy sebelum bertemu Ainun. Disana juga, Rudy bergabung dalam PPI Perhimpunan Pelajar Indonesia, dimana dalam perhimpunan tersebut ia yang memiliki visi ingin membangun Indonesia melalui pembangunan pesawat terbang. Tentu hal itu menjadi perdebatan banyak orang termasuk seniornya. Digambarkan bagaimana senioritas pada saat itu, sudah sangat lumrah dilakukan dan Rudy mencoba untuk mematahkan senioritas tersebut. Beberapa kali dalam scene film, Rudy melawan para senior yang berasal dari tentara pelajar yang meremehkan visinya tersebut. Kesibukan Rudy yang berusaha untuk merealisasi visinya menjadi bumerang bagi hubungannya dengan Ilona. Tidak ada waktu yang diberikan untuk Ilona yang memang memiliki perbedaan 180 derajat, mulai dari budaya hingga agama membuat hubungan mereka merenggang dan berakhir putus. Kisah asmara ini, kita bisa melihat bagaimana perbedaan budaya dan khususnya agama yang dianut Ilona dan juga Rudy menyisipkan berbagai pesan-pesan moral yang terdapat dari scene romansa Rudy dan Habibie, seperti agama adalah patokan dasar kehidupan umatnya. Baca Juga Sinopsis Film Rudy Habibie, Kisah Perjalanan BJ Habibie di Waktu Muda Nonton Rudy Habibie Full Movie di Vidio Nah, untuk kamu yang penasaran akan akhir cerita bagaimana cara Rudy agar dapat merealisasikan visinya. Kamu bisa nonton Film Rudy Habibie di Vidio ya! Download aplikasi Vidio sekarang atau kunjungi melalui web browser kamu di Aktifkan Vidio Premier Platinum sekarang agar untuk bisa nonton serial TV, drama, film dokumenter, hingga Vidio Original Series eksklusif hanya di Vidio. KELEBIHANDAN KEKURANGAN. Kelebihan: adalah tokoh yang sudah dikenal luas oleh masyarakat sehingga penonton mengharapkan adanya kemiripan fisik antara Habibie versi film dengan Habibie yang sebenarnya. Tio Pakusadewo yang hadir sekilas memerankan sosok pak Harto juga kurang pas gesture-nya, menurut saya hanya rambut belakangnya saja yang
Lihat kelebihan dan kekurangan film rudy habibie Penelitian ini untuk menegetahui bentuk nasionalisme dalam film Rudy Habibie dan mengetahui representasi nasionalisme dalam film Rudy Habibie. Film cerita panjang pertamanya untuk bioskop sebagai sutradara Habibie Ainun 2012 bukan hanya berhasil secara teknis dan estetika tetapi juga mendulang sukses komersial yang luar biasa. Film Rudy Habibie Habibie Ainun 2. Lihat juga tentang rudy dan kelebihan dan kekurangan film rudy habibie Padahal sosialisasi merupakan salahsatu kunci untuk membangun kerjasama dan ketentraman hidup di. Mengangkat kisah cinta murni dan abadi yang NYATA alias bukan fairytale. - latar rempat yang ditampilkan cocok karena sesuai dengan pada masa lampau. Rudy Habibie Habibie Ainun 2 merupakan film prekuel dari Habibie Ainun 2012 yang sangat sukses secara komersial pada masanya. Resensi Film Habibie Dan Ainun 3 Akhir Perjuangan Manis Si Gula Jawa Halaman 1 Kompasiana Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Kita mulai saja Habibie atau Presiden ke-3 RI Pak BJ. Faozan Rizal bekerja sebagai aktor penata sinematografi sutradara film dan mengajar di Fakultas Fotografi Televisi dan Film Institut Kesenian Jakarta. Biarkan kotoran itu mengendap hingga yang mengalir adalah yang jernih. Diperankan oleh Reza Rahadian Chelsea Islan Indah Permatasari Ernest Prakasa Boris Bokir Verdi Solaiman Dian Nitami Pandji Pragiwaksono dan mulai tayang. Di dalam film ini dijelaskan bahwa Rudy habibie tidak suka diganggu oleh orang asing. Jadilah Mata Air Kehidupan. Ada beberapa kelebihan dari film Habibie Ainun ini menurut saya. 7 Pelajaran Hidup Yang Bisa Kamu Dapat Usai Nonton Film Rudy Habi Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Kembali ke laptop. Resensi Film Rudy Habibie Penggambar Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Film besutan sutradara Hanung Bramantyo ini berkisah tentang Habibie muda Reza Rahadian yang sedang mengenyam pendidikan di RWTH Aachen Jerman. Habibie Ainun Film Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie TRIBUNNEWSWIKICOM - Rudy Habibie juga disebut sebagai film Habibie Ainun 2 mengisahkan masa muda Habibie ketika menempuh pendidikan di Jerman. Sinopsis Rudy Habibie Sekuel Kedua Film Habibie Ainun Kompas Line Today Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Fakta-masalah-solusi sebagai pedoman hidup dan sekaligus mantera yang diterapkannya dalam kehidupan sehari-hariDengan meminjam metodologi Rudy Habibie tersebut saya mencoba menguraikan kenapa film ini dijual seolah sebagai sekuel meskipun secara de facto adalah prekuel. Habibie Ainun 3 Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Habibie Ainun 3 Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Secara garis besar Habibie Ainun yang diangkat dari buku berjudul sama karangan BJ Habibie ini memang berfokus pada kisah cinta BJ Habibie yang ternyata dipanggil Rudy di masa mudanya dengan Hasrie Ainun Besari. Lihat Habibie Ainun 3 Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas -memiliki pesan moral yang banyak seperti. Resensi Film Rudy Habibie Aliyudin Web Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Resensi Film Rudy Habibie Aliyudin Web Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Bahwa cinta suci dan abadi itu benar-benar eksis di dunia nyata bukan dongeng Cinderella dengan akhir Happy ever after tapi kebahagiaan dalam lika-liku kehidupan sesungguhnya. Lihat Resensi Film Rudy Habibie Aliyudin Web Sehingga Rudy di film sama jangkungnya dengan pemerannya dan jelas lebih tinggi daripada Rudy historis yang masih hidup. Review Film Rudy Habibie Part 2 Muhammad Multazam Tazamblog Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Dan dengan melihat sekali saat tayang perdana untuk umum di bioskop Kamis 306 kemarin sedikit-banyak saya cukup terpuaskan. Rudy Habibie Jadilah Mata Air Salmanbiroe Indonesian Lifestyle Blogger Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Di dalam film ini dijelaskan bahwa Rudy habibie tidak suka diganggu oleh orang asing. Rudy Habibie Montasefilm Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Rudy Habibie Montasefilm Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Diperankan oleh Reza Rahadian Chelsea Islan Indah Permatasari Ernest Prakasa Boris Bokir Verdi Solaiman Dian Nitami Pandji Pragiwaksono dan mulai tayang. Lihat Rudy Habibie Montasefilm Rudy Habibie atau Presiden ke-3 RI Pak BJ. Rudy Habibie Montasefilm Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Brainly Co Id Kelebihan Dan Kekurangan Film Rudy Habibie Itulah Informasi kelebihan dan kekurangan film rudy habibie, Review film rudy habibie part 2 muhammad multazam tazamblog resensi film habibie dan ainun 3 akhir perjuangan manis si gula jawa halaman 1 kompasiana resensi film rudy habibie cerah unggun nireya sinopsis rudy habibie sekuel kedua film habibie ainun kompas line today kelebihan dan kekurangan film rudy habibie brainly co id rudy habibie montasefilm rudy habibie jadilah mata air salmanbiroe indonesian lifestyle blogger resensi film rudy habibie penggambar, semoga mencerahkan.
Dalamfilm Habibie & Ainun 3, diangkat dari kisah nyata perjalanan cinta seorang Rudy Habibie dan Ainun Besari yang merupakan tokoh utama dalam film ini. Tidak seperti 2 film sebelumnya yaitu Habibie & Ainun 1 maupun Habibie & Ainun 2, film ini justru lebih banyak menceritakan bahkan hanya terfokuskan kepada sosok ibu Ainun dan perjalanannya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Akhir Perjuangan Manis Si Gula JawaJudul Film Habibie & Ainun 3 Genre Drama, Romantis, Sejarah Durasi 121 menitSutradara Hanung BramantyoRating RMulai Tayang 19 Desember 2019 Ada ekspektasi yang membumbung tinggi terhadap film Habibie & Ainun 3. Apalagi saat tahu sutradaranya adalah Hanung Bramantyo. Karna Hanung pernah terpilih sebagai Sutradara Terbaik lewat film arahannya yaitu film Brownies, pada Festival Film Indonesia 2005. Dan pada Festival Film Indonesia 2007 ia kembali menyabet penghargaan Sutradara Terbaik melalui filmnya Get Married. Ekspektasi yang sangat tinngi juga ketika mengetahui pemain-pemain film nya adalah aktor dan aktris ternama Indonesia. Yaitu, Reza Rahardian sebagai Rudy, Maudy Ayunda sebagai Ainun, Jefri Nichol berperan sebagai Ahmad, dan beberapa aktor dan aktris film Habibie & Ainun 3, diangkat dari kisah nyata perjalanan cinta seorang Rudy Habibie dan Ainun Besari yang merupakan tokoh utama dalam film ini. Tidak seperti 2 film sebelumnya yaitu Habibie & Ainun 1 maupun Habibie & Ainun 2, film ini justru lebih banyak menceritakan bahkan hanya terfokuskan kepada sosok ibu Ainun dan perjalanannya dalam meraih impiannya untuk menjadi seorang Dokter. 1 2 3 Lihat Film Selengkapnya
ï»żKelebihanfilm Habibie & Ainun 3 ini adalah dapat membawa penonton merasa untuk lebih mencintai tanah air dan menginspirasi banyak orang bahwa tidak ada yang tidak mungkin dan dengan kerja keras kita dapat meraih kesuksesan. Selain itu ketika ditampilkan adegan saat Ibu Ainun membantu terhadap rakyat kecil mengunggah perasaan penonton dengan
Discourse analysis has been noticed by several language researchers and educators over the past two decades. This study aims to analyze the use of discourse analysis on film as a medium of learning in improving students' critical thinking skills, especially in learning discourse analysis. Rudy Habibie's film is used as a medium for this analysis. The conceptual framework framework for Fairclough was adopted in this study, with a focus on analyzing meso-level critical discourse. This study explores how discursively formed in the process of production, distribution, and consumption in the film Rudy Habibie. This finding illustrates various behaviors taken from the Rudy Habibie film which aims to express stereotypes, prejudices, hegemony, power, and ideological attitudes. The ideology presented leads the audience through the film's story as a result of text production, distribution, and consumption. Representation contributes to building social strength. Furthermore, this research is believed to have implications for language teaching, especially in discourse analysis. The application of a critical discourse analysis approach in learning makes students able to understand the writer, find meaning and reason about certain writing styles and to enhance their critical thinking. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 52, 2019 77 Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 5 No. 2, 2019 ISSN print 2460-8734; ISSN online 2460-9145 Available online at doi Analisis Wacana Kritis Film Rudy Habibie dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Goziyah Universitas Muhammadiyah Tangerang Corresponding email goziyah1812 Abstract Discourse analysis has been noticed by several language researchers and educators over the past two decades. This study aims to analyze the use of discourse analysis on film as a medium of learning in improving students' critical thinking skills, especially in learning discourse analysis. Rudy Habibie film is used as a medium for this analysis. The conceptual framework framework for Fairclough was adopted in this study, with a focus on analyzing meso-level critical discourse. This study explores how discursively formed in the process of production, distribution, and consumption in the film Rudy Habibie. This finding illustrates various behaviors taken from the Rudy Habibie film which aims to express stereotypes, prejudices, hegemony, power, and ideological attitudes. The ideology presented leads the audience through the film's story as a result of text production, distribution, and consumption. Representation contributes to building social strength. Furthermore, this research is believed to have implications for language teaching, especially in discourse analysis. The application of a critical discourse analysis approach in learning makes students able to understand the writer, find meaning and reason about certain writing styles and to enhance their critical thinking. Keywords analysis of critical discourse, film, critical thinking skills, students Abstrak Analisis wacana telah diperhatikan oleh beberapa peneliti bahasa dan pendidik selama dua dekade terakhir. Penelitian ini bertujuan menganalisis penggunaan analisis wacana pada film sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, khususnya dalam pembelajaran analisis wacana. Film Rudy Habibie digunakan sebagai media untuk analisis ini. Konsep kerangka teori Fairclough diadopsi dalam penelitian ini, dengan fokus pada analisis wacana kritis tingkat meso. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana diskursif terbentuk dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi pada film Rudy Habibie. Temuan ini menggambarkan berbagai perilaku yang diambil dari film Rudy Habibie yang bertujuan untuk mengungkapkan stereotip, prasangka, hegemoni, kekuasaan, dan sikap ideologis. Ideologi yang disajikan mengantarkan penonton melalui kisah film sebagai hasil produksi teks, distribusi, dan konsumsi. Representasi berkontribusi pada pembangunan kekuatan sosial. Lebih lanjut, penelitian ini diyakini memiliki implikasi untuk pengajaran bahasa, terutama dalam analisis wacana. Penerapan pendekatan analisis wacana kritis dalam pembelajaran, membuat mahasiswa dapat memahami penulis, Goziyah 78 Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 52, 2019 menemukan makna dan alasan tentang gaya penulisan tertentu serta untuk meningkatkan pemikiran kritis mereka. Kata Kunci analisis wacana kritis, film, kemampuan berpikir kritis, mahasiswa PENDAHULUAN Wacana dapat dilihat sebagai seperangkat makna, metafora, representasi, gambar, cerita, laporan dan sebagainya yang dalam beberapa cara menghasilkan versi tertentu dari peristiwa bersama Baker & Ellece, 2011. Salah satu ciri wacana diungkapkan oleh Chen 2016 & 2015 bahwa itu berbentuk sosial dan konstitutif sosial. Setiap peristiwa diskursif dilihat sebagai sebuah teks, seperti praktik diskursif, dan praktik sosial Fairclough, 1992. Mungkin ada berbagai wacana yang berbeda dengan cerita yang berbeda tentang suatu hal dan cara memahaminya. Pada pendekatan kualitatif, analisis wacana kritis menggambarkan, menafsirkan, dan menjelaskan secara kritis tentang pembentukan wacana sampai pada ketidakseimbangan sosial yang ada dalam wacana tersebut. Analisis wacana kritis mempelajari kekuatan sosial dalam konteks sosial, termasuk politik melalui makna semantik dari wacana. Analisis wacana kritis melihat unsur linguistik dan diskursif dari hubungan sosial kekuasaan dalam masyarakat kontemporer. Dalam mendefinisikan analisis wacana kritis, Fairclough 1995 menyebutkan tiga konstruksi utama, 1 dimensi tekstual, ini berkaitan dengan linguistik, misalnya dengan melihat kosa kata, semantik, dan kalimat, kohesi, koherensi, dan diksi; 2 dimensi kewacanaan, berkaitan dengan proses produksi, distribusi sampai konsumsi teks; dan 3 dimensi praktik sosial budaya, dimensi ini berkaitan dengan konteks di luar teks, seperti situasi, institusi, dan soaial budaya. Analisis wacana kritis memberikan teori dan metode yang dapat digunakan untuk melakukan studi empiris tentang hubungan antara wacana dan sosial, termasuk pengembangan budaya di berbagai domain sosial. Tujuan analisis wacana kritis adalah untuk menjelaskan dimensi linguistik dari fenomena sosial dan budaya dan proses perubahan dalam modernitas Jorgensen & Phillips, 200715. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan analisis wacana film sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan pemikiran kritis siswa, khususnya dalam pembelajaran analisis wacana. Sebuah film Indonesia berjudul Rudy Habibie digunakan sebagai media untuk analisis wacana kritis khususnya pada tataran praktik diskursus. Praktik diskursif membutuhkan interpretasi proses diskursif yang mencakup aspek produksi, distribusi, dan konsumsi teks. Pada tahap produksi, analisis mendalam dilakukan untuk seluruh pihak yang terlibat, mengetahui cara-cara dalam memproduksi teks. Pada tahap distribusi teks, media yang digunakan dianalisis untuk menggambarkan bagaimana proses mendistribusikan teks, baik melalui media cetak atau elektronik. Ini harus diperiksa untuk mengetahui dampak pada efek wacana karena setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Pada tahap konsumsi teks, penerima teks yang ditargetkan dianalisis untuk mengetahui siapa yang mengonsumsi media karena setiap media memiliki pangsa pasar yang berbeda. Dalam analisis wacana kritis, konteks bahasa dapat dilihat sebagai alat yang digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu termasuk praktik dan kekuasaan ideologis Noermanzah, dkk. 2018. Ini dapat dilihat sebagai konsep sentral dari analisis wacana kritis. Raymond William dalam Fiske 1990 menggambarkan ideologi dalam 3 domain; 1 sistem kepercayaan oleh kelompok atau kelas tertentu. Analisis Wacana Kritis Film Rudy Habibie dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ... Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 52, 2019 79 Definisi ini digunakan dalam bidang psikologi yang memandang psikologi sebagai suatu sikap yang terbentuk dan terorganisir secara koheren; 2 sistem kepercayaan yang dibuat yang bisa dilawan dengan pengetahuan. Dalam pengertian ini, ideologi adalah kategori yang diciptakan dan kesadaran palsu ketika kelompok dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok non-dominan lainnya; 3 proses umum makna dan produksi ide. Teks mencerminkan ideologi melalui bahasa dan dapat mempengaruhi cara orang berpikir. Wacana bisa dilihat sebagai media untuk membujuk orang. Chen 2016 menyatakan dalam temuan penelitiannya bahwa perbedaan linguistik yang melibatkan bidang-bidang seperti klasifikasi leksikal, jenis proses, dan representasi wacana dapat ditelusuri kembali ke orientasi ideologis pribadi. Itu tidak dapat dijelaskan tanpa mempertimbangkan berbagai orientasi ideologis dan hubungan kekuasaan. Pada dasarnya, bahasa dibentuk oleh kekuatan dan ideologi. Ideologi berada dalam wacana. Ideologi dan kekuasaan pada dasarnya bersifat diskursif. Ideologi terutama didirikan, dipertahankan dan ditantang. Wacana tidak hanya mencakup bahasa tertulis dan lisan, tetapi termasuk gambar visual Jorgensen & Phillips, 2007. Dimungkinkan untuk diterapkan dengan mempertimbangkan karakteristik khusus semiotik visual dan hubungan antara bahasa dan gambar. Sebagai salah satu gambar visual, film dapat dilihat sebagai produk budaya manusia yang mewakili nilai-nilai pandangan kelompok orang tertentu, termasuk semangat dan ideologi mereka. Sebagai karya seni budaya dan sinematografi yang dapat diperagakan dengan atau tanpa suara. Trianton 2013 menyatakan bahwa film adalah media komunikasi massa yang membawa pesan-pesan berisi ide-ide penting yang disampaikan kepada publik dalam bentuk tontonan. Film dapat digambarkan sebagai gambar hidup yang berisi cerita. Murti 2018 menyatakan bahwa film adalah pengalaman dalam bentuk non-verbal seperti fotografi termasuk bentuk pernyataan tanpa sintaksis. Sebagai media, film tentu saja mewakili pandangan yang dipegang oleh kelompok tertentu, termasuk ideologi dan gagasan yang dibawa oleh kelompok tersebut. Ini menjadi sangat penting, karena film tersebut menyampaikan ideologi secara halus dan memiliki unsur paksaan. Rudy Habibie adalah film drama Indonesia tentang kisah pemuda visioner Rudy Habibie sebelum ia dikenal sebagai teknokrat dan presiden Republik Indonesia ke-3, Habibie. Film ini mendapat respons positif dari publik dan ditunjukkan oleh posisinya pada tiga daftar film terlaris di Indonesia tahun 2016 dengan dua juta penonton. Pada tahun 2016, film Rudy Habibibie mendapat beberapa penghargaan di festival film Bandung untuk, 1 penghargaan kategori film terpuji; 2 penghargaan aktris yang dipuji oleh Chelsea Islan; dan 3 penghargaan aktris yang didukung oleh Indah Permatasari. Sebagai media, film ini dimaksudkan untuk menyampaikan ideologi yang dapat mempengaruhi penonton melalui bahasa tertulis dan lisan termasuk gambar visual. Media dapat dilihat sebagai alat untuk menyampaikan ideologi Zhang, dkk. 2014. Pada akhirnya, temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif media pengajaran yang menarik dalam pembelajaran wacana. METODE Metode penelitian menggunakan metode analisis wacana kritis. Sumber data utama dalam penelitian ini, yaitu film Rudy Habibie. Analisis wacana kritis mencoba menghubungkan unsur mikro, meso, dan makro pada dimensi a teks, b praktik wacana, dan b praktik sosial budaya Noermanzah, 2017. Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada aspek meso. Data sekunder diperoleh dari tinjauan literatur, Goziyah 80 Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 52, 2019 seperti artikel jurnal dan beberapa teori yang relevan, untuk memperkuat pemahaman analisis wacana kritis, praktik diskursif, dan media film. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisis data dalam analisis wacana kritis ini dibatasi pada tingkat meso. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana diskursif terbentuk dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi pada film Rudy Habibie. Temuan ini menggambarkan berbagai perilaku yang diambil dari film Rudy Habibie yang bertujuan untuk mengungkapkan stereotip, prasangka, hegemoni, kekuasaan, dan sikap ideologis. Uji keabsahan data dengan cara membercheck dan validitas pakar. HASIL Film Rudy Habibie, sebuah prekuel dari film Habibie & Ainun, diproduksi oleh Manoj Punjabi dari MD Entertainment. MD Entertainment dikenal sebagai salah satu rumah produksi terbesar di Indonesia yang memiliki citra baik dalam membuat banyak film yang sukses dan berkualitas. Itu bisa dilihat dari berbagai penghargaan yang diraih. Tidak hanya soal kualitas, mereka tahu bagaimana membuat film terlaris. Manoj sebagai seorang produser memiliki kepercayaan diri bahwa film Rudy Habibie akan sukses seperti yang sebelumnya, Habibie & Ainun. Ia menyadari dan percaya bahwa Habibie adalah sosok yang menginspirasi yang dapat menarik banyak penonton. Itu diperkuat dengan tanggal pemutaran film yang bertepatan dengan BJ. Ulang tahun Habibie yang ke-80 pada 25 Juni 2016. Tidak hanya tentang sosok Habibie, sebagai seorang produser dan orang kunci, Manoj akhirnya mengerti apa yang harus ia lakukan untuk menciptakan keinginannya. Manoj memilih orang-orang hebat di bidang film untuk terlibat dalam memproduksi film ini. Hanung Bramantyo terpilih untuk mengarahkan film ini. Orang-orang tahu dan percaya kualitasnya dalam menyutradarai film. Manoj merupakan salah satu sutradara film Indonesia terbaik yang meraih banyak penghargaan dari pembuatan filmnya. Hanung dikenal memiliki idealisme dalam melakukan pekerjaannya. Hanung membantahnya Film Rudy Habibie adalah produk yang berorientasi bisnis. Mereka memproduksi film dengan mempertimbangkan hal-hal yang dapat menarik orang untuk menonton, seperti kisah percintaan antara Rudy dan wanita Polandia, Ilona, dalam bahasa Jerman. Hanung menyadari bahwa kekurangan film ini tidak diperlihatkan sosok Ainun, pada kenyataannya, film ini adalah prekuel dari film sebelumnya, Habibie & Ainun. Manoj tidak hanya menjadi sutradara film, bersama dengan Gina S. Noer, Hanung menyiapkan naskah film Rudy Habibie. Naskah diadaptasi dari novel yang ditulis oleh Gina, Rudy Kisah Masa Muda Sang Visioner, dan Hanung mengembangkan cerita dengan mempertimbangkan permintaan pasar. Film ini fiksi tetapi dengan latar belakang sejarah. Itu dibuat hanya "berdasarkan kisah nyata yang menginspirasi" dan bukan "kisah nyata". Beberapa adegan tampak berlebihan dan terlalu didramatisir. Selain itu, soundtrack asli, Mencari Cinta Sejati oleh Cakra Khan, memperkuat rasa romantis dari cerita tersebut. Pradeep 2016 menyatakan bahwa lagu-lagu tersebut adalah domain lain dari melakukan analisis wacana kritis, hal tersebut membawa banyak aspek kehidupan sehari-hari yang sangat kompleks dalam kaitannya dengan proses pembuatan makna. Melly Goeslaw dan Anto Hoed sebagai penulis lagu menyatakan bahwa tidak mudah untuk membuat lagu karena mereka mencoba mengomposisi lagu untuk dirasakan sebagai Habibie muda dalam Analisis Wacana Kritis Film Rudy Habibie dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ... Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 52, 2019 81 menemukan cinta sejatinya. Lagu itu lebih istimewa karena proses mastering dilakukan oleh Marks Sherry di Outburst Studio, Skotlandia. Dalam proses pembuatan film, Manoj berusaha memaksimalkan semuanya. Untuk mendapatkan kualitas suara film, pencampuran suara dilakukan di Hollywood dengan Christopher Sinclair David, desainer suara The Expendables, Olympus Has Fallen, Face Off, Alien 3, Pie Amerika yang telah menerima nominasi Oscar untuk film tersebut Legend of The Fall Zwick, 1994. Setiap adegan dalam film ini memiliki jiwa yang dalam dan mendebarkan. Para aktor dan aktris yang terlibat dalam film Rudy Habibie dipilih dengan tidak hanya mempertimbangkan kualitas, tetapi juga dengan mempertimbangkan ketertarikan penonton. Reza Rahadian dipercaya sebagai sosok yang tepat sebagai tokoh utama film ini. Ia dianggap berhasil memerankan sosok Habibie. Keterlibatan Chelsea Islan memperkuat daya tarik film. Sebagai aktris muda, ia memiliki kualitas bintang yang sangat baik yang tidak hanya berasal dari penampilan dan perilakunya, tetapi juga dari pengalamannya bermain teater. Hal lain yang menarik dalam film ini adalah keterlibatan tiga komik Indonesia terkenal, Ernest Prakarsa, Boris Bokir, dan Pandji Pragiwaksono. Hanung mencoba menampilkan sisi komedi film, tetapi dalam film ini ia menantang mereka untuk berakting dalam film biografi atau film biografi. Para pemain lainnya memperkuat film ini melalui masing-masing karakter, termasuk Dian Nitami dan Dony Damara yang memiliki banyak pengalaman dan prestasi dalam bisnis film. Pembuat film memberikan gambar visual yang menarik dengan komposisi pengaturan, koreografi serta mode Eropa yang digunakan oleh para pemeran, terutama Ilona. Selain pengaturan lokasi, komposisi, dan sudut pengambilan gambar, properti ini mampu membawa suasana ke masa lalu dengan pengaturan di Jerman. Delapan puluh persen pengaturan film diambil di Jerman langsung dengan kru film lokal dan sisanya diambil di Indonesia. Pengaturan setiap adegan dalam film ini selesai. Para kameramen dan direktur seni berhasil menggambarkan sifat desa, perang, nilai-nilai keluarga, suasana sosial, termasuk lanskap Jerman lengkap dengan geografi yang berbeda, kehidupan sosial, profesionalisme kerja, perjuangan melawan tantangan, kehidupan pendidikan, romansa, gerakan siswa di Eropa dan keragaman dalam kerangka nasionalisme untuk saling toleransi dalam menghormati ibadah. Pada tahap distribusi teks, data menunjukkan bahwa MD Pictures memiliki strategi dan komitmen yang baik dengan mengalokasikan anggaran promosi sekitar empat hingga lima belas miliar rupiah. Manoj menyatakan bahwa enam puluh persen dari anggaran mengalokasikan promosi asli dan empat puluh persen di konvensional. Dia percaya bahwa promosi harus dilakukan dengan cara yang cerdas melalui berbagai media televisi, koran, majalah, radio, twitter, instagram, saluran youtube, facebook dan poster. Salah satu surat kabar nasional Jerman, Sachsische Zeitung, membawa berita tentang film Rudy Habibie. Untuk mendukung distribusi, banyak program telah dirancang dengan menarik seperti talkshow, trailer termasuk meet and greet. Ketika film premier, para produser mengundang banyak pejabat negara untuk menonton bersama dan meminta mereka untuk memberikan testimonial terkait film Rudy Habibie. Presiden Indonesia, Jokowi, bersama dengan wakil presiden, Jusuf Kalla, dan para menteri menghadiri pemutaran perdana, termasuk Presiden Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono. Film sebagai media dalam praktik diskursif memiliki target audiens sebagai konsumen produk. Data menunjukkan kepada kita bahwa dua juta orang telah Goziyah 82 Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 52, 2019 menonton film Rudy Habibie, meskipun Manoj, sebagai produser, memiliki ambisi untuk film Rudy Habibie untuk ditonton oleh 10 juta orang. Bahkan, Rudy Habibie sang moviewas berada di posisi ketiga film terlaris tahun 2016. Selain di Indonesia, film itu pernah diputar di Malaysia. Temuan di atas menggambarkan praktik diskursif yang diambil dari film Rudy Habibie sebagai media. Media adalah domain yang eksplisit dan publik terpapar pada berbagai ideologi yang memengaruhi dan menutup-nutupi pikiran mereka ketika ideologi tertentu diberlakukan pada mereka dalam kehidupan sehari-hari Ramanathan & Hoon, 2015. Film dapat dilihat sebagai teks. Fairclough 1992 memperkuat dengan menggambarkan bahwa setiap peristiwa diskursif dilihat sebagai serentak sepotong teks, contoh praktik diskursif, dan contoh praktik sosial. Tiga dimensi praktik diskursif meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi yang diambil dari Rudy Habibie, film yang menghasilkan ideologi. Data menunjukkan bahwa pembuat film mengusulkan ideologi melalui film Rudy Habibie, tidak hanya tentang cerita tetapi juga melalui proses produksi, cara mereka mendistribusikan teks dan konsumsi penonton. Pembuat film dapat dilihat sebagai kelompok dominan yang mencoba mempengaruhi kelompok yang tidak dominan. Mahboob & Paltridge 2013 menyatakan bahwa sangat penting untuk memeriksa berlakunya kekuasaan dan memahami cara-cara di mana kekuasaan dilakukan oleh kelompok dominasi pada yang tertindas. Pembuat film Rudy Habibie berusaha membuat orang percaya bahwa mereka harus menonton film karena kualitas yang dihasilkan oleh tim yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan itu, propaganda apa pun sebagai bagian dari tahap distribusi telah dilakukan melalui berbagai media. Media yang digunakan mencerminkan target audiens. Manoj benar-benar ahli dalam mengoptimalkan penggunaan media. Keterlibatan banyak aktor yang baik, tim yang baik dan banyak pejabat negara sebagai orang-orang penting di negara ini menjadi kekuatan dalam mendistribusikan film ini sebagai produk, dan Manoj benar-benar mengerti tentang itu. Sosok Reza Rahadian dan Chelsea Islan adalah daya tarik film tersebut. Selain itu, kesaksian dari banyak orang penting seperti Jokowi, Jusuf Kalla, Susilo Bambang Yudhoyono, memperkuat distribusi film. Pengaruh orang-orang itu membuat penonton percaya tentang kualitas film. Sosok Habibie menjadi citra merek film tersebut. Kisah yang menggambarkan sosok Rudy sebagai orang yang jenius, gigih, bergairah, dan optimis. Melalui film ini, sang produser dianggap sukses dalam membuat film ini untuk ditonton oleh semua umur dan menjadi film yang terinspirasi. Sebagai akibatnya, film ini menjadi film terlaris di tahun 2016 sebagai prediksi produser. Ideologi yang disajikan mengantarkan penonton melalui kisah film sebagai hasil produksi teks, distribusi, dan konsumsi. Penelitian ini diyakini memiliki implikasi untuk pengajaran bahasa, terutama dalam mata pelajaran wacana. Penerapan pendekatan analisis wacana kritis dalam pembelajaran, siswa harus dapat mencapai pemahaman gaya penulis, menemukan makna dan alasan untuk pilihan gaya tertentu Lawson, 2008. Clark & Ivanic 1999 memperkuat dengan menyatakan bahwa pengenalan analisis wacana kritis dalam kelas akan mendorong perkembangan kesadaran bahasa, memberikan siswa lebih banyak kontrol atas penggunaan bahasa mereka sendiri, serta pemahaman yang lebih besar tentang bagaimana mereka tercermin dalam bahasa, penggunaan bahasa kepada orang lain. Lawson 2008 menambahkan dengan menyatakan bahwa analisis wacana kritis juga memiliki nilai dalam mendorong siswa untuk Analisis Wacana Kritis Film Rudy Habibie dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ... Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 52, 2019 83 menantang teks dalam bahasa ibu mereka. Sejalan dengan pernyataan tersebut, peneliti menyarankan kepada guru atau dosen untuk dapat menemukan materi wacana atau media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa atau mahasiswa. PEMBAHASAN Berdasarkan penggunaan analisis wacana pada film dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa atau mahasiswa. Secule, Herron, & Tomasello 1992 mejelaskan bahwa kelebihan penggunaan film dalam pembelajaran adalah memungkinkan siswa untuk menyaksikan dinamika interaksi ketika mereka mengamati nilai-nilai dalam yang ada dalam film tersebut melalui percakapan, dialog-dialog, dan isyarat seperti gerakan yang ada dalam film tersebut. Penggunaan film memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan wawasan tentang interaksi dinamis dari penutur dengan wacana otentik. Selain itu, beberapa manfaat belajar analisis wacana melalui film, seperti memahami wacana dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis mereka Coniam, 2001, telah menunjukkan efek yang baik dari menggunakan film untuk melibatkan peserta didik dalam situasi kehidupan nyata untuk meningkatkan wacana kritis mereka, kemampuan, serta keterampilan berpikir kritis mereka. Sehubungan dengan fungsi presentasi multimedia dalam sebuah film, Simonson, dkk. 2014 menjelaskan empat tahap kunci keberhasilan dalam pembelajaran khususnya dalam proses pemilihan teknologi yang tepat, yaitu 1 menguji teknologi pembelajaran yang tepat, 2 menentukan hasil pembelajaran kompetensi yang ingin dicapai, 3 mengidentifikasi pengalaman belajar dan menyesuaikannya dengan teknologi yang tersedia, dan 4 menyiapkan pengalaman belajar yang akan disajikan. Keempat tahap tersebut dapat berfungsi sebagai referensi bagi guru atau dosen untuk memberikan materi yang tepat dengan kegiatan yang bermakna bagi siswa. Teknologi instruksional harus mendukung proses pembelajaran siswa sehingga mereka memahami materi secara optimal. Selanjutnya, jika teknologinya tersedia, tetapi tanpa tujuan atau kompetensi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan berhasil. Guru atau dosen harus merujuk pada hasil utama atau kompetensi yang harus dicapai siswa. Kegiatan belajar yang ditawarkan juga harus dapat diakses dan diterima. Pemilihan bahan atau kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan apakah sumber daya itu mudah dijangkau dan diterima oleh siswa sebagai pengalaman belajar yang bermakna. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa analisis wacana kritis dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara bahasa dan ideologi dalam film Rudy Habibie sehingga dapat dijadikan media pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa terutama dalam pembelajaran analisis wacana. Dalam film Rudy Habibie dapat diungkap tetang hegemoni, kekuatan, dan ideologi. Temuan ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengetahuan yang ada tentang penelitian analisis wacana kritis untuk meningkatkan kesadaran di antara para peneliti tentang film yang ingin melakukan studi analisis wacana kritis. Selain itu, temuan penelitian dapat dipertimbangkan oleh guru dan dosen untuk digunakan sebagai media pembelajaran wacana. Goziyah 84 Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 52, 2019 DAFTAR PUSTAKA Baker, P. & Ellece, S. 2011. Key Terms in Discourse Analysis. London Continuum International Publishing Grup. Chen, Y. 2016. A Critical Discourse Analysis of News Reports on Sino-Japan Boat Collision. International Conference on Education & Educational Research and Environmental Studies EERES. ISBN 978-1-60595-393-9 Clark, R. & Ivanič, R. 1999. Raising Critical Awareness of Language A Curriculum Aim for the New Millenium. Language Awareness, 82, pp. 63-70. Coniam, D. 2001. The Use of Audio or Video Comprehension as an Assessment Instrument in the Certification of English Language Teachers A Case Study. System Journal, 29 1 1 -14. S, Eva. 2015. Analisis Jender Wacana Materi Pelajaran Buku Teks Bahasa Indonesia di SD Kelas Tinggi Bengkulu Selatan. Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 11, 1–10. doi Fairclough, N. 1992. Discourse and Socialchange. Cambridge Polity Press. Fairclough, N. 1995. Critical Discourse Analysis The Critical Research of Language. New York Longman Grup Limited. Fiske, J. 1990. Introduction to Communication Studies. Second Routledge. Jorgensen, M. W. & Phillips, L. J. 2007. Analisis Wacana Teori dan Metode. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Lawson, A. J. 2008. One-on-one with Obama An Analysis. Centre for English Language Studies. The University of Birmingham. Mahboob, A. & Paltridge, B. 2013. Critical Discourse Analysis and Critical Applied Linguistics. Theencyclopedia of applied linguistics. UK Wiley Blackwell. Murti, S., Nisai Muslihah, N., & Permata Sari, I. 2018. Tindak Tutur Ekspresif dalam Film Kehormatan di Balik Kerudung Sutradara Tya Subiakto Satrio. Silampari Bisa Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing, 11, 17–32. doi Noermanzah, N., Emzir, E., & Lustyantie, N. 2017. Variety of Rhetorics in Political Speech President of the Republic of Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono and Joko Widodo in Educational Field. Humanus, 162, 221. doi Analisis Wacana Kritis Film Rudy Habibie dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ... Diksa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 52, 2019 85 Noermanzah, Emzir, & Lustyantie, N. 2018. President Joko Widodo’s Rhetorical Technique of Arguing in the Presidential Speeches of the Reform Era. International Journal of Applied Linguistics and English Literature, 75, 117. doi Pradeep, K. 2016. Analysing Tamil Films with Critical Discourse Analysis Approach. International Journal of Linguistics and Computational Applications IJLCA, 33. ISSN 2394-6385 Print ISSN 2394-6393 Online Ramanathan, R. & Hoon, T. B. 2015. Application of Critical Discourse in Media Discourse Studies. 3L The Southeast Asian Journal of English Language Studies, 212, 57 – 68. Trianton, T. 2013. Film sebagai Media Belajar. Yogyakarta Graha Ilmu. Secule, T., Herron, C. & Tomasello, M.. 1992. The Effect of Video Context on Foreign Language Learning. Modern Language Journal, 76 4, pp. 480-490. DOI Simonson, M., Smaldino, S. & Svacek, S. M.. 2014. Teaching and Learning at a Distance Foundations of Distance Education 6th Ed. Boston Pearson Education, Inc. Zhang, M. 2014. A Critical Discourse Analysis of Political News Report. Theory and practice in language studies, 411, 2273-2277. Retrieved from http Zwick, E. 1994. Legends of the Fall. Box Office Mojo. Diakses tanggal 2018-10-23. ... Pada dasarnya apresiasi karya sastra sebagai media literasi telah menjadi topik menarik yang telah diteliti oleh berbagai peneliti sebelumnya. Diantaranya kajian yang dilakukan oleh Goziyah, 2019 yang meneliti mengenai media film Rudi Habibie sebagai sarana peningkatan kemampuan berpikir kritis di kalangan Mahasiswa. ...Andi Anugrah Batari FatimahActor's Position in The Novel Lusi LindriBy. Mangunwijaya ABSTRAKNovel sebagai sebuah wacana dapat merepresentasikan fenomena dan posisi aktor dalam ceritanya. Novel Lusi Lindri memuat permasalahan gender, yakni sikap diskriminatif dan subordinasi patriarki terhadap posisi aktor perempuan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan posisi aktor sebagai subjek maupun objek yang mengalami bentuk ketidakadilan gender, berdasarkan pandangan analisis wacana kritis Sara Mills, digunakan sebagai media literasi sastra berbasis gender di perguruan tinggi. Penelitian ini memanfaatkan metode kualitatif-linguistik kritis bersifat deskriptif. Data penelitian berupa kata, frasa, klausa, kalimat yang bersumber pada novel Lusi Lindri karya Mangunwijaya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, baca simak, dan pencatatan. Peneliti sebagai instrumen kunci penelitian. Teknik analisis data melalui prosedur mengidentifikasi, mengklasifikasi, menganalisis, dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian ditemukan posisi aktor sebagai subjek terdominasi dan objek terodominasi yang mengalami a marginalisasi b subordinasi c stereotip d kekerasan verbal, fisik, dan psikis e beban ganda kunciAnalisis Wacana Kritis, Posisi Aktor, Ketidakdilan gender, Novel, Pembelajaran Literasi SastraABSTRACTThe novel as a discourse can represent the phenomena and positions of the actors in the story. Lusi Lindri's novel contains gender issues, namely discriminatory attitudes and patriarchal subordination to the position of female actors. This study aims to describe the position of actors as subjects and objects who experience forms of gender inequality, based on the views of Sara Mills' critical discourse analysis, used as a medium for gender-based literary literacy in tertiary institutions. This research utilizes a descriptive qualitative-critical linguistic method. The research data are in the form of words, phrases, clauses, sentences that originate from the novel Lusi Lindri by Mangunwijaya. Data collection techniques were carried out using documentation, reading and recording techniques. Researchers as key research instruments. Data analysis techniques through identifying procedures, classifying, analyzing, and making conclusions. The results of the study found that the position of actors as dominated subjects and dominated objects experienced a marginalization b subordination c stereotypes d verbal, physical and psychological violence e the double burden of womenKeyword Critical Discourse Analysis, Actor's Position, Gender Inequality, Novels, Literary Literacy Learning.... Analisis wacana kritis mempelajari kekuatan sosial dan konteks sosial, termasuk politik yang ada pada wacana Goziyah, 2019. Analisis wacana kritis terfokus pada dua hal, yaitu praktikpraktik diskursif yang menghadirkan representasi mengenai dunia subjek serta hubungan sosialnya dan peran dari praktik tersebut untuk memantapkan kepentingan politik tertentu Saputra, 2019. ...Fiona Alde Risa Miftahulkhairah AnwarRamayana Department Store advertisement is the advertisement which always visualized before and during Ramadan. Ramayana Department Store ads always shows the unique and impressive ads. One of the Ramayana Department Store advertisement which is mostly watched is “Bahagianya Adalah Bahagiaku”. Around million viewers have watched the ads in Youtube channel. The reason is the ads can pull the audiences’s sympathy. The purpose of this research is to show the hidden meaning of the ads by showing its macro structure, super structure and micro structure. This is a descriptive qualitative research with Teun A. van Dijk model approach. The data will be discourses in the form of a dialogue carried out in the ads. The result of this study show that the ads has some elements of macro structure, super structure and micro Ramayana Departement Store merupakan iklan yang selalu hadir menjelang dan selama Ramadan. Iklan tersebut selalu menghadirkan iklan yang unik, bahkan menyentuh hati. Salah satu iklan yang paling banyak ditonton berjudul “Bahagianya Adalah Bahagiaku”. Iklan tersebut sudah ditonton oleh sekitar 6,6 juta orang dalam kanal Youtube. Alasannya iklan tersebut menarik rasa simpati penonton. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan makna tersembunyi di balik iklan Ramayana Department Store dengan mengungkapkan struktur makro, super struktur, dan struktur mikro. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan model Teun A. van Dijk. Data yang digunakan berupa dialog dalam iklan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan tersebut memiliki unsur struktur makro, super struktur, dan struktur film Kehormatan di Balik Kerudung with director Tya Subiakto Satrio is a film about love, sadness and fidelity so it is very interesting and can be used as an example in novel learning in school. The objective of the study was to describe expressive speech acts in the Kehormatan di Balik Kerudung film. The research method used qualitative descriptive method. Data collection techniques used are documentation techniques. Data analysis techniques are deskrpsi, classification, analysis, data interpretation, evaluation, and conclusion. The results of this study indicate that expressive speech acts in the Kehormatan di Balik Kerudung film consists of expressive speech acts in the form of, a. praising in the context of praising the beauty and handsomeness of the opponent said, and impressed by the clothes and fragrances that the opponent said wearing, b. expressing gratitude with the trait thanking you for the good deeds the opponent has done, thanking you for the pleasures God has given, and thanking him for the inconvenience, c. to apologize with the trait to have disappointed the opponent, for not keeping promises, to apologize for abuse and discomfort, and to make mistakes, d. happiness with features situations that make you comfortable, grateful for what you have, beautiful smiles, mutual love, and parents who are blessed with children, and e. complain to the context the sadness of being married, the pain of being forbidden to marry, and being let down, given trials or hindrances and obstacles. Thus, the expressive act of expressiveness in the Kehormatan di Balik Kerudung film consists of expressive speech acts in the form of praise, thanksgiving, apology, happiness, and complaining. Keywords speech action, expressive speech acts, filmThe study aims to provide an understanding of the range of rhetoric in the political speech of the President of Indonesian Republic Susilo Bambang Yudhoyono and Joko Widodo, especially in the field of education. The research method used is the critical discourse analysis method of Norman Fairclough model. Data collection techniques used are documentation techniques, note-taking techniques, and interviews. Data analysis techniques are operated by connecting micro, meso, and macro elements in dimensions, such as a text, b discourse practice, and b socio-cultural practices. The result of the research shows the rhetoric in the political speech of President Susilo Bambang Yudhoyono and Joko Widodo in the field of education which are compiled by the staf of presidential documents are as followed 54,25% of the argumentation, 31,21% of the hortatory variety, 5,32% of the exposition, 4,25% of persuasion, 2,48% of informative variety, 1,06 % of narrative range, 0,71% of descriptive variation, 0,35% of dramatic variation, and 0,35% of procedural variation. The variety of rhetoric used aims to deliver educational programs that have been made, promises, and wishes or expectations to improve the quality of education in Indonesia, especially in the reform era. David ConiamThis paper describes an investigation into the type of listening test that might serve as an assessment instrument of English language teachers as part of a teacher certification test — the Hong Kong English Language Benchmark Test. The paper first describes the benchmarking initiative in Hong Kong to orient the reader to the nature and purpose of the Listening Test. The paper then describes a case study where groups of pre-service and in-service English language teachers were administered audio and video versions of the same test, after which a survey was conducted of their opinion of the audio/video mode of assessing listening. Scores on the two test modes as well as on an anchor test indicated no significant differences between the two scores of the two groups. Further, although some of the test takers from the audio test-taking group said they would have preferred to have taken the test via video, the video test-taking group felt that not only had they gained no advantage from the video mode, they felt they might have done better had they not been distracted by the visual images, and by having to look up and down from question paper to screen. As a high-stakes certification test for English language teachers, the conclusion that is drawn is that the listening comprehension test should be implemented via an audio, and not video, SThe research purpose to express stereotype women form and stereotype man form which constituante from jender, and equivalent jender form in text book Indonesian SD elementary school. The text book selection as detailed examination object is text book Indonesian elementary school are purpose in elementary school high class South Bengkulu erlangga edition study 2010-2011 years. Speaking in text book are thorough beginning from four, five and six class. The research used analysis contents program. Analysis data involue the use of analysis data used. Analysis contents technic. Based on draft analysis sentence the thing which contains stereotype woman SW, stereotype man SP and equivalent jender KJ interior discourse in text book it is sentence which give code apart. Equivalent form jender in the sentence in discourse text book Indonesia Language at elementary school high class Bengkulu South explain about equivalent character between woman and man in domestic zone and public which is not yet many get in four, five and six class, until book mentionet not yet equivalent jender. Based on result research can suggestion which is relation with necessarry text book which is give insight equivalent jender. In addition to needed sees jender in arranging curriculum Indonesia Language elementary ChenCritical Discourse Analysis CDA aims to reveal the embedded ideologies by integrating the textual analysis with the wider socio-cultural context and further brings to light the relationship among language, power and ideologies. Based upon the theoretical framework of Fairclough’s three-dimensional model, the paper makes a critical discourse analysis of the ten news reports from China Daily and New York Times respectively. The study shows that news discourse could not simply reproduce social reality in an absolute objective and unbiased way. The choice of linguistic forms carries particular ideological orientations. Theoretically, it validates that CDA is an effective tool in revealing the relationship between language and ideologies. It also proves that Fairclough’s three-dimensional model can be applied in the study of news discourse. Practically, it draws people’s attention to the ideologies embedded in news discourse and encourages them to improve their critical ZhangNews reports are considered as the reflection of world reality. People all over the world watch news reports to get the information they need. Languages in the news reports are naturally thought to be neutral and unbiased. This paper will conduct a critical analysis of the political news reports on Iraq war by American media. Fairclough’s three dimensional frameworks and Halliday’s functional grammar will be employed to do the research, in which linguistic features, news production and social contexts are explored. However, the result of the analysis in this paper tells us that, against the traditional views, languages in the news report are never biased-free. They are branded by the social values and different ideology. As a result, it is advised to increase the cultural awareness for the new Mahboob Brian PaltridgeCritical applied linguistics studies ways in which education, regulation, and the study and use of language relate to the realization, maintenance, and reproduction of the distribution of power in society. The critical move in applied linguistics focuses on issues of power as it is enacted, reproduced, and resisted through fi elds associated with language studies, such as language policy and planning, language codifi cation, language teaching, language learning, and language testing. The purpose of this work is not only to understand and explain how power is constructed and exercised through language, but also to change the practices and empower those who are at risk from oppressive practices. Work that attempts to achieve these goals in applied linguistics has a "critical" perspective, even if it is not always labeled as such Pennycook, 2010. Some of this critically oriented work predates the adoption of the term "critical" in applied linguistics, while others followed in response to a call by Pennycook in his 1990 article "Towards a Critical Applied Linguistics for the 1990s" We need to not only understand ourselves as intellectuals situated in very particular social, cultural and historical locations, but also to understand that the knowledge we produce is always interested. If we are concerned about the manifold and manifest inequities of the societies and the world we live in, then I believe we must start to take up moral and political projects to change those circumstances . . . [We would] do well to be more humble in the world, listening to the many alternative views of language and learning, rather than preaching our views as the newest and best. Pennycook, 1990, pp. 25–6 "Critical" in Language Policies
KelebihanDan Kekurangan Film Rudy Habibie. Film cerita panjang pertamanya untuk bioskop sebagai sutradara, habibie & ainun (2012), bukan hanya berhasil secara teknis dan estetika tetapi juga mendulang sukses komersial yang luar biasa. Rudy habibie (habibie & ainun 2) merupakan film "prekuel" dari habibie & ainun (2012) yang sangat sukses
Empat tahun setelah kesuksesan film Habibie & Ainun, kini MD Pictures kembali meluncurkan karya terbarunya, film Rudy Habibie yang merupakan prekuel dari kisah hidup Habibie sebelum menikah dengan Ainun. Film arahan Manoj Punjabi ini berfokus pada lika-liku perjuangan Habibie selama bersekolah di Aachen, Jerman. Film dibuka dengan masa kecil Rudy di Parepare, Sulawesi. Kita diperkenalkan pada Rudy kecil yang pandai dan bercita-cita membuat pesawat. Di sini juga dijelaskan bahwa orangtua Rudy berasal dari dua suku yang berbeda, sehingga Rudy terbiasa hidup dalam pluralisme sejak kecil. Namun sayang Rudy terpaksa hidup berpindah-pindah lantaran banyaknya serangan udara pada masa perang. Pemandangan alam Sulawesi yang indah serta efek visual ledakan-ledakan bom berhasil memukau penonton. Kemudian kita dibawa menuju masa ketika Rudy yang sudah dewasa Reza Rahadian baru saja tiba di Aachen untuk mengikuti tes masuk Universitas RWTH. Di sekolah ini ia mendapatkan teman-teman baru yang berasal dari latar belakang yang beragam. Ada kenalan lamanya dari ITB, Liem Keng Kie Ernest Prakasa, seorang keturunan Tionghoa dari Bandung. Ada putri Sultan Solo, Ayu Indah Permatasari serta abdinya, Sugeng Bagas Luhur Pribadi. Ada juga Peter Manumasa Pandji Pragiwaksono, yang merupakan mantan tentara pejuang kemerdekaan, serta Poltak Hasibuan Boris Bokir, anak Medan yang ceria. Mereka semua merupakan penerima beasiswa pemerintah, kecuali Rudy yang dibiayai oleh ibunya. Nah, di sinilah film Rudy Habibie menjadi seperti kisah anak SMA. Sebagai murid non-beasiswa, ia sering di-bully oleh sekumpulan mahasiswa ikatan dinas alias Laskar Pelajar. Mereka meragukan kepintaran Rudy dan kerap mengejeknya. Di sisi lain, terjadi cinta segitiga dengan Ilona Ianovska Chelsea Islan, yang menyebabkan persahabatan Rudy bersitegang. Hmm, too much drama? Ada banyak kejadian bersejarah dalam film ini, misalnya seperti saat Rudy menggagaskan pembuatan organisasi PPI Aachen, atau saat ia memperjuangkan jalannya Seminar Pembangunan bagi seluruh mahasiswa Indonesia di Eropa. Berkali-kali Rudy harus berseteru dengan pihak pemerintah. Namun akibat fokus cerita yang bercabang-cabang, justru hal-hal penting ini tidak dijabarkan dengan detail. Contohnya seperti masalah Irian Barat atau ketidakikutsertaan Indonesia dalam NATO yang mungkin membuat penonton bingung. Sosok Rudy Habibie dalam film ini digambarkan begitu jenius dan sempurna. Ketika diremehkan oleh orang, dalam sekejap ia berhasil membuktikan bahwa mereka salah. Walau pun bossy, tapi Rudy tetap populer di kalangan mahasiswa Indonesia. Didera berbagai kesulitan, Rudy selalu rajin salat dan bertakwa kepada Tuhan. Masalah yang dihadapi Rudy semuanya eksternal, seperti kekurangan uang, kelaparan, sakit, atau idenya ditentang. Penggalian karakter Rudy tidak terlalu terasa karena sejak awal ia paling pintar dan selalu benar. Padahal justru kita ingin melihat perubahan seorang mahasiswa muda yang perlahan-lahan berkembang menjadi tokoh negara yang visioner pada masa itu. Reza Rahadian sekali lagi menyuguhkan performa terbaiknya sebagai Rudy Habibie. Dengan aksen yang khas dan bahasa Jerman yang fasih, Reza terlihat sangat alami sebagai anak muda di tahun 1950-an. Akting Reza mungkin terasa begitu dekat dengan orang-orang yang pernah merasakan sulitnya merantau di negeri orang. Emosinya ketika merasakan kegagalan, serta kesedihannya saat jatuh sakit dan homesick begitu memilukan. Malu, tidak mau merepotkan orangtua, dan ingin membuktikan bahwa dia bisa berdiri sendiri, merupakan suatu fase yang pasti pernah dirasakan mahasiswa mana pun. Penampilan teman-teman Rudy semuanya patut diacungi jempol. Ernest dan Pandji yang memiliki latar belakang sebagai stand up comedian, ternyata mampu berakting serius. Indah Permatasari sebagai Ayu juga tampil menarik dengan logat Jawa. Sayang justru peran Ilona rasanya kurang pas dibawakan oleh Chelsea Islan. Aksen Chelsea terdengar agak memaksakan, selain itu secara fisik juga Chelsea lebih terlihat seperti orang Indonesia ketimbang orang Polandia. Bicara soal fisik, film Rudy Habibie turut didukung oleh setting dan kostum era 1940-1950-an yang elegan. Tetapi terkadang kita menemukan penampilan yang tidak sesuai zamannya, seperti rambut lurus yang digerai panjang, konde yang modern, atau fashion ala 1960-an. Memang ini adalah salah satu kekurangan perfilman Indonesia dalam membuat period movie yang masih perlu ditingkatkan lagi. Pada akhirnya, pesan moral yang ingin disampaikan dalam film ini kurang jelas akibat alur cerita yang rumit. Kita semua tahu bahwa Rudy Habibie akhirnya kembali ke Indonesia karena ia ingin membangun Indonesia yang lebih baik. Akan tetapi poin utama tentang cinta Tanah Air ini malah tertutup dengan bumbu percintaan, kisah masa kecil Rudy, masalah perbedaan suku dan agama, dan adegan-adegan komedi yang sebetulnya tidak perlu. Mungkin lewat film ini Manoj Punjabi bermaksud mengungkap sisi seorang Rudy Habibie yang lebih manusiawi dan mudah dicerna oleh semua kalangan. Dengan setting Eropa yang cantik, cerita yang berbobot, dan sederet pemain ternama, film ini memang cocok sebagai inspirasi segala umur. Rudy Habibie akan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 30 Juni 2016. Sebelum menonton, yuk kita tonton trailer film Rudy Habibie berikut ini Yuk, segera pesan tiket Rudy Habibie di sini sebelum kehabisan. Jangan lupa install aplikasi BookMyShow untuk Android di sini. yJd2F.
  • r2n2n8dyui.pages.dev/19
  • r2n2n8dyui.pages.dev/27
  • r2n2n8dyui.pages.dev/114
  • r2n2n8dyui.pages.dev/545
  • r2n2n8dyui.pages.dev/464
  • r2n2n8dyui.pages.dev/410
  • r2n2n8dyui.pages.dev/63
  • r2n2n8dyui.pages.dev/53
  • kelebihan dan kekurangan film rudy habibie