Tulangikan dapat pula diberi warna dengan menggunakan pewarna semprot. Contoh Kerajinan dari bahan Limbah Tulang Ikan Bahan pembuatan produk kerajinan dari limbah tulang ikan Bahan baku pembuatan kerajinan limbah tulang ikan adalah tulang ikan dengan seluruh bagiannya. Selain itu, digunakan pula lem power dan semprotan pewarna.
Kerajinan Limbah Tulang Ikan Tulang ikan merupakan limbah perikanan yang mudah didapatkan di daerah pantai, pasar ikan, dan restoran-restoran seafood. Selama ini tulang ikan biasa dipergunakan sebagai bahan pakan ternak. Tulang ikan dihaluskan menjadi tepung tulang. Sebagian besar orang membuang limbah tulang ikan ini karena tidak lagi bermanfaat. Jika masa panen ikan, orang tidak sempat lagi mengolah limbah tulang ikan. Limbah tulang ikan menjadi pemandangan yang mengganggu karena hanya dibuang begitu saja di sekitar lingkungan. Limbah tulang ikan ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kerajinan yang cukup unik dan artistik. Produk kerajinan dari tulang ikan masih tergolong langka, sehingga sangat berpotensi dikembangkan lebih lanjut. Masyarakat yang tinggal di dekat perairan laut, pantai atau pasar ikan tidak akan menemui kesulitan dalam memperoleh limbah tulang ikan dan tidak perlu mengeluarkan banyak dana untuk mendapatkan bahan baku kerajinan ini. Pemanfaatan limbah tulang ikan menjadi produk kerajinan memiliki nilai lebih di bidang ekonomi. Sekarang ini orang sudah mulai menyenangi produk kerajinan yang berasal dari bahan tulang ikan, karena unik berseni, menarik, dan juga ramah lingkungan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa peluang usaha dari limbah tulang ikan dapat menguntungkan. Setiap bagian tulang ikan memiliki keunikan masing-masing. Semuanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kerajinan. Bagian yang dapat dimanfaatkan adalah tulang bagian kepala, sirip, tulang bagian tengah, tulang ekor, dan masih banyak lagi. Pengolahan tulang ikan dilakukan dengan sederhana. Setelah dicuci bersih, tulang ikan dijemur matahari langsung. Satu hal yang perlu diperhatikan yaitu pisahkan bagian-bagian yang berpotensi untuk dijadikan produk kerajinan yang sesuai. Tulang ikan dapat pula diberi warna dengan menggunakan pewarna semprot. 1 Bahan pembuatan produk kerajinan dari limbah tulang ikan Bahan baku pembuatan kerajinan limbah tulang ikan adalah tulang ikan dengan seluruh bagiannya. Selain itu, digunakan pula lem power dan semprotan pewarna. 2 Alat pembuatan kerajinan limbah tulang ikan Alat pembuatan kerajinan limbah tulang ikan mudah didapat di antaranya amplas, gergaji besi, lem tembak, dan gerinda. 3 Produk kerajinan dari limbah tulang ikan Dengan berbekal keterampilan, kreativitas, dan alat-alat sederhana, produk kerajinan dari limbah tulang ikan ini dapat diolah menjadi berbagai bentuk seperti hiasan dinding/ruang, bunga, miniatur kendaraan, dan miniatur tokoh. 4 Proses pembuatan kerajinan dari limbah tulang ikan Proses pembuatan kerajinan dari tulang ikan tidak sesederhana yang dibayangkan. Untuk menghasilkan produk yang bagus diperlukan ketelitian dan kesabaran dalam membuatnya. Agar hasilnya dapat bervariasi dan unik, perlu dibuat rancangan terlebih dahulu sehingga hasilnya lebih rapi dan sesuai prinsip keindahan. Proses pembuatan kerajinan tulang ikan yang disajikan ini berupa kerajinan aksesoris.
Tulangikan dapat pula diberi warna dengan menggunakan pewarna semprot. 1) Bahan pembuatan produk kerajinan dari limbah tulang ikan Bahan baku pembuatan kerajinan limbah tulang ikan adalah tulang ikan dengan seluruh bagiannya. Selain itu, digunakan pula lem power dan semprotan pewarna. 2) Alat pembuatan kerajinan limbah tulang ikan
Contoh kerajinan dari bahan limbah keras organik tulang ikan beserta proses cara pembuatan dan gambarnya. Selain memanfaatkan tulang ikan, beberapa limbah keras lain juga dapat dimanfaatkan untuk dijadikan produk kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi. Contohnya seperti kerajinan dari limbah sisik ikan, cangkang kerang, tempurung kelapa, plastik, pecahan keramik dan kaca. Kumpulan limbah organik dan anorganik tersebut dapat dimanfaatkan dan bisa menjadi peluang usaha yang menguntungkan. Contoh Kerajinan Limbah Tulang Ikan dan Cara Pembuatannya Tulang ikan merupakan limbah perikanan yang mudah didapatkan di daerah pantai, pasar ikan, dan restoran-restoran seafood. Selama ini tulang ikan biasa dipergunakan sebagai bahan pakan ternak. Tulang ikan dihaluskan menjadi tepung tulang. Sebagian besar orang membuang limbah tulang ikan ini karena tidak lagi bermanfaat. Jika masa panen ikan, orang tidak sempat lagi mengolah limbah tulang ikan. Limbah tulang ikan menjadi pemandangan yang mengganggu karena hanya dibuang begitu saja di sekitar lingkungan. Limbah tulang ikan ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kerajinan yang cukup unik dan artistik. Produk kerajinan dari tulang ikan masih tergolong langka, sehingga sangat berpotensi dikembangkan lebih lanjut. Masyarakat yang tinggal di dekat perairan laut, pantai atau pasar ikan tidak akan menemui kesulitan dalam memperoleh limbah tulang ikan dan tidak perlu mengeluarkan banyak dana untuk mendapatkan bahan baku kerajinan ini. Pemanfaatan limbah tulang ikan menjadi produk kerajinan memiliki nilai lebih di bidang ekonomi. Sekarang ini orang sudah mulai menyenangi produk kerajinan yang berasal dari bahan tulang ikan, karena unik berseni, menarik, dan juga ramah lingkungan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa peluang usaha dari limbah tulang ikan dapat menguntungkan. Pengolahan tulang ikan dilakukan dengan sederhana. Setelah dicuci bersih, tulang ikan dijemur matahari langsung. Satu hal yang perlu diperhatikan yaitu pisahkan bagian-bagian yang berpotensi untuk dijadikan produk kerajinan yang sesuai. Tulang ikan dapat pula diberi warna dengan menggunakan pewarna semprot. Contoh Kerajinan dari bahan Limbah Tulang Ikan Bahan pembuatan produk kerajinan dari limbah tulang ikan Bahan baku pembuatan kerajinan limbah tulang ikan adalah tulang ikan dengan seluruh bagiannya. Selain itu, digunakan pula lem power dan semprotan pewarna. Alat pembuatan kerajinan limbah tulang ikan Alat pembuatan kerajinan limbah tulang ikan mudah didapat di antaranya amplas, gergaji besi, lem tembak, dan gerinda. Produk kerajinan dari limbah tulang ikan Dengan berbekal keterampilan, kreativitas, dan alat-alat sederhana, produk kerajinan dari limbah tulang ikan ini dapat diolah menjadi berbagai bentuk seperti hiasan dinding/ruang, bunga, miniatur kendaraan, dan miniatur tokoh. Proses pembuatan kerajinan dari limbah tulang ikan Proses pembuatan kerajinan dari tulang ikan tidak sesederhana yang dibayangkan. Untuk menghasilkan produk yang bagus diperlukan ketelitian dan kesabaran dalam membuatnya. Agar hasilnya dapat bervariasi dan unik, perlu dibuat rancangan terlebih dahulu sehingga hasilnya lebih rapi dan sesuai prinsip keindahan. Proses pembuatan kerajinan tulang ikan yang disajikan ini berupa kerajinan aksesoris. Langkah-Langkah Pembuatan Pilih tulang rusuk ikan yang masih bagusPotong menjadi kecil-kecil mengukuti ruas. Tulang yang besar untuk liontinSusun dengan roncean dengan seutas tali kulitIkat tali membentuk simpul pada ujung tali kanan kiriKalung sudah jadi dan dapat dibuat lebih panjang atau pendek Nah itulah Contoh Kerajinan Limbah Tulang Ikan beserta cara pembuatan dan gambarnya. Lihat juga contoh kerajinan unik dan kreatif dengan nilai jual tinggi lainnya seperti Contoh kerajinan dari bahan limbah keras
LabaRugi Transportasi Antara Ikan yang Diberi Perlakuan dengan Kontrol (Melalui Darat). Dalam dokumen Efisiensi transportasi benih ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) kepadatan 40 ekor/L dengan penambahan zeolit 20 gram/L, karbon aktif 10 gram/L, dan garam 4 ppt. (Halaman 41-50)
ArticlePDF Available AbstractUntil now, fish bone has not been fully utilized. Most of the fish bones will be left as waste. In this research, fish bone meal was made from yellow fin tuna, lemadang, and curisi waste. Fish bone meal was then analyzed for its calcium content. Making fish bone meal from yellow fin tuna, lemadang, and curisi obtained w / w rendamen. The calcium content in fish bone meal is 72 to w / w. Tulang ikan sampai saat ini belum dimaafatkan dengan baik. Tulang ikan hanya dibiarkan sebagai limbah. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan tepung tulang ikan dari limbah tulang ikan dan dilakukan studi terkait kandungan kalsium yang terdapat dalam limbah tulang ikan. Pembuatan tepung tulang ikan dari ikan tuna sirip kuning, lemadang, dan kurisi diperoleh rendamen 25,8-29,4% b/b. Kandungan kalsium yang terdapat dalam tepung tulang ikan yaitu 72-77,4% b/b. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. p-ISSN 2722-8258 e-ISSN 2722-8266 MJoCE/Vol 11 No 1/Januari 2021/Hal. 55-60 STUDI KANDUNGAN KALSIUM DALAM TEPUNG TULANG IKAN Romelos Untailawan1*, Jefry Wijaya1 1 Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia * Received 09 October 2020 / Accepted 14 January 2021 / Published 19 January 2021 ABSTRACT Until now, fish bone has not been fully utilized. Most of the fish bones will be left as waste. In this research, fish bone meal was made from yellow fin tuna, lemadang, and curisi waste. Fish bone meal was then analyzed for its calcium content. Making fish bone meal from yellow fin tuna, lemadang, and curisi obtained w / w rendamen. The calcium content in fish bone meal is 72 to w / w. Keyword fish bone meal, calsium ABSTRAK Tulang ikan sampai saat ini belum dimaafatkan dengan baik. Tulang ikan hanya dibiarkan sebagai limbah. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan tepung tulang ikan dari limbah tulang ikan dan dilakukan studi terkait kandungan kalsium yang terdapat dalam limbah tulang ikan. Pembuatan tepung tulang ikan dari ikan tuna sirip kuning, lemadang, dan kurisi diperoleh rendamen 25,8-29,4% b/b. Kandungan kalsium yang terdapat dalam tepung tulang ikan yaitu 72-77,4% b/b. Kata kunci tepung tulang ikan, kalsium PENDAHULUAN Pasar Ikan Arumbai Kota Ambon merupakan pasar ikan terbesar di Kota Ambon. Sekitar 80% hasil perikanan yang dijual untuk pasar lokal dibawa ke Pasar Ikan Arumbai. Tingginya aktifitas penjualan pada Pasar Ikan Arumbai karena lokasi pasar yang sangat dekat dengan pusat kota. Berbagi jenis ikan dijual pada Pasar Ikan Arumbai, mulai dari jenis ikan kecil sampai ikan besar. Pada lokasi pasar terdapat jasa pembersihan dan pemotongan ikan. Para pembeli ikan besar pada Pasar Ikan Arumbai sering memanfaatkan jasa ini. Sebagian besar dari pembeli biasanya memilih untuk hanya mengambil dangingnya saja. Bagian tulang dan kepala ikan oleh para pembersih ikan akan dibuang pada lokasi sekitar pasar, sehingga sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan sekitar pasar. Penanggulangan dampak pencemaran dari limbah tulang ikan dapat dilakukan dengan cara mengolah limbah tulang ikan menjadi produk yang bernilai ekonomis. Sisa daging yang masih terdapat pada tulang ikan dapat diolah menjadi pakan ternak atau dijadikan bahan dasar pembuatan pupuk cair organik Hapsari dan Welasih, 2013, sedangkan tulang ikan dapat diolah menjadi tepung ikan. Diketahui bahwa unsur utama penyusun tulang ikan adalah kalsium p-ISSN 2722-8258 e-ISSN 2722-8266 MJoCE/Vol 11 No 1/Januari 2021/Hal. 55-60 Trilaksani, dkk. 2006, sehingga tepung tulang ikan merupakan tepung yang kaya akan kandungan mineral kalsium. Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral utama yang dibutuhkan oleh manusia. Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi pada manusia. Selain itu, kalsium juga diperlukan untuk pembekuan darah, kontraksi otot, dan aktifitas saraf Lean, 2013. Angka kecukupan mineral yang dianjurkan untuk orang indonesa adalah kalsium ±1000 mg/hari untuk anak dan orang dewasa 1000-1200 mg/hari PERMENKES No. 75 Tahun 2013. Kekurangan asupan kalsium dalam jangka panjang dapat mengakibatkan osteoporosis, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan berbagai penyakit lainya. Selain itu, pada ibu hamil dan balita akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan janin dan anak. Sumber makanan utama untuk mendapatkan asupan kalsium berasal dari susu dan juga daging serta produk olahannya. Dengan semakin mahalnya harga susu dan daging, maka tepung tulang ikan dapat dipertimbangkan menjadi sumber alternatif untuk memperoleh asupan kalsium. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi kandungan kalsium yang terdapat pada tepung tulang ikan. Pembuatan tepung tulang ikan dibuat dari limbah tulang ikan yang terdapat pada Pasar Ikan Arumbai Kota Ambon. METODE PENELITIAN Prosedur penelitian mengadopsi prosedur penelitian yang dilakukan oleh Putranto dkk 2015 dan Trilaksani, dkk 2006. A. Preparasi Sampel. Limbah tulang ikan di cuci dengan mengunakan air bersih. Sisa daging yang masih menempel dipisahkan dari tulang ikan. Sampel tulang ikan di cuci kembali menggunakan air bersih, dikeringkan, dan disimpan. B. Pembuatan Tepung Tulang Ikan. Tulang ikan direbus selama 30 menit dengan suhu 80 0C. Setelah direbus, sampel tulang ikan dicuci dengan menggunakan air bersih. Tulang ikan yang sudah bersih selanjutnya dilakukan presto selama 1 jam. Sampel tulang ikan kemudian dipotong dengan ukuran 5 – 10 cm dan dilakuan perebusan dengan suhu 100 0C selama 30 menit. Selanjutnya dilakukan ekstrasi basa dengan NaOH 1,5 N pada suhu 60 0C selama 2 jam. Sampel kemudian di cuci dan dikeringakan serta dihaluskan untuk memperoleh tepung tulang ikan. C. Pengujian Kandungan Kalsium. Sebanyak 1 g sampel tulang ditambahkan 5 mL asam nitrat pekat dan didiamkan selama 1 jam pada suhu kamar. Kemudian dipanaskan di atas hot plate dengan suhu rendah selama 4 jam dan dibiarkan selama satu malam. Selanjutnya ditambahkan 0,4 mL asam sulfat pekat dan dipanaskan di atas hot plate selama 1 jam. Ditambahkan 2-3 tetes larutan campuran HClO4HNO3 21 sampai ada perubahan warna menjadi kuning muda. Sampel dipindahkan, didinginkan dan ditambah 2 mL aquades dan 0,6 mL HCl. Kemudian dipanaskan kembali selama 15 menit dan disaring dengan glass woll ke dalam labu takar 100 mL. Hasil pengabuan di analisis dengan menggunakan Atomic Absorbance Spectrohotometric AAS. p-ISSN 2722-8258 e-ISSN 2722-8266 MJoCE/Vol 11 No 1/Januari 2021/Hal. 55-60 HASIL PENELITIAN A. Preparasi Sampel Penelitian Limbah tulang ikan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berasal dari Pasar Ikan Arumbai Kota Ambon. Ada tiga jenis ikan yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu tuna sirip kuning Thunnus albacares, ikan lemadang Coryphaena hippurus, dan ikan kurisi Aphereus rutilans Gambar 1. Ketiga ikan ini dipilih sebagai sampel penelitian karena berdasarkan pengamatan ketiga jenis ikan ini memiliki limbah paling banyak terdapat di lokasi pasar. Gambar 1. Dari kiri ke kanan ; a ikan tuna sirip kuning, b ikan lemadang, dan c ikan kurisi Limbah tulang ikan yang diperoleh dari pasar dipisahkan antara kepala, tulang tengah ikan dan sirip serta ekor. Bagian tulang ikan yang digunakan dalam penelitian ini hanya tulang tengah ikan. Setelah tulang ikan terkumpul tulang ikan kemudian dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran dan juga sisa darah yang masih menempel. B. Pembuatan Tepung Ikan Tahap pertama dari proses pembuatan tepung tulang ikan adalah proses pemanasan tulang ikan dengan menggunakan air. Proses pemanasan dilakukan untuk memudahkan pembersihan sisa daging ikan yang masih menempel pada tulang ikan. Pada saat dipanaskan jaringan ikat otot ikan yang tersusun atas senyawa-senyawa protein mengalami kerusakan, sehingga daging otot ikan dapat dilepas dengan mudah dari tulang ikan Suprayitno dan Sulistiyati, 2017 Gambar 2. a Tulang ikan setelah dilakukan presto, b Tulang ikan setelah dipanaskan dalam larutan NaOH 1,5 N c Tulang ikan yang sudah dihaluskan Tahap selanjutnya yaitu proses presto. Tahapan ini bertujuan untuk meningkatkan kecerahan tepung tulang ikan yang akan terbentuk Trilaksani, dkk. 2006. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kecerahan tulang ikan adalah kandungan protein pada tulang ikan. Pada proses pemanasan tulang ikan dengan air masih terdapat protein yang menempel pada tulang ikan. p-ISSN 2722-8258 e-ISSN 2722-8266 MJoCE/Vol 11 No 1/Januari 2021/Hal. 55-60 Ketika dilakukan presto pada tulang ikan, protein yang masih menempel akan terkikis oleh uap air dan tidak menempel kembali pada tulang ikan. Tahap yang ketiga adalah proses ekstraksi protein dan lemak dalam tulang ikan. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan larutan NaOH. Senyawa NaOH telah diketahui efektif dalam menurunkan kandungan lemak dan protein dalam tulang ikan Afrian dan Suprayitno, 2019. Senyawa NaOH akan memutuskan ikatan-ikatan hidrogen yang terdapat pada protein dan juga lemak. Proses ekstraksi dengan NaOH juga akan membuat tulang ikan menjadi sangat lunak, karena protein yang berperan sebagai pengikat tulang sudah terlarutkan. Gambar 3. Daigram rendamen tepung ikan. Dari pembuatan tepung tulang ikan diperoleh rendamen sebesar 25,8-29,4% b/b. Besarnya rendamen yang peroleh mirip dengan yang didapati oleh rendamen tertinggi diperoleh dari ikan kurisi yaitu b/b. Rendamen yang diperoleh pada penelitian ini mirip dengan yang diperoleh pada ikan tuna yang dilaporkan oleh Trilaksani dkk 2006 dan ikan belida yang diteliti oleh Putranto dkk 2015 yaitu sebesar 28% dan 29% b/b. Tepung tulang ikan yang diperoleh berwarna putih kekuningan dengan tingkat kecerahan secara berturut-turut adalah ikan tuna sirip kuning> kurisi> lemadang. C. Pengujian Kalsium Sebelum dilakukan pengujian kadar kalsium di dalam sampel tepung tulang ikan, terlebih dahulu dilakukan proses pengabuan. Pengabuan tepung tulang ikan dilakukan dengan metode pengabuan basah. Metode pengabuan basah dipilih karena tepung tulang ikan banyak mengadung calcium, jika menggunakan metode pengabuan kering dengan pemanasan tinggi kalsium dapat mengkristal. Pemanasan tinggi dapat membuat calcium saling berikatan antara satu dengan yang lain, sehingga pengabuan dengan metode basah menggunakan berbagai larutan asam kuat merupakan pilihan terbaik. Gambar 4. Diagram kadar kalsium dalam sampel 24262830Tuna SiripKuningLemadang KurisiRendamen % 65707580Tuna SiripKuningLemadang KurisiKalsium % p-ISSN 2722-8258 e-ISSN 2722-8266 MJoCE/Vol 11 No 1/Januari 2021/Hal. 55-60 Dari hasil pengujian dengan menggunakan AAS diperoleh bahwa kandungan kalsium pada setiap sampel tepung tulang ikan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Kandungan kalsium pada tepung tulang ikan tertinggi ada pada sampel ikan kurisi 77,44% b/b, kemudian dikuti dengan ikan lemadang 75,58% b/b dan ikan tuna sirip kuning 72,04% b/b. Kandungan kalsium yang didapatkan dari penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadungan kalsium pada ikan tuna yang dilaporkan oleh Trilaksani dkk 2006 dan ikan belida yang dilaporkan oleh Putranto dkk 2015 yaitu sebesar 39% dan 31% b/b. Proses pembuatan tepung tulang ikan sangat berpengaruh pada tingkat kandungan kalsium dalam tulang ikan. Secara umum proses pembuatan tulang ikan adalah proses perebusan, presto, dan hidrolisis. Ketiga proses ini memilki tujuan untuk menghilangkan kandungan lemak dan protein dalam tulang ikan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Trilaksani dkk 2006 dan Putranto dkk 2015 semakin lama waktu proses perebusan, presto, dan hidrolisis maka kandungan kalsium dalam tulang ikan akan semakin meningkat. Dalam penelitian ini kondisi optimum yang diperoleh dari hasil penelitian oleh Trilaksani dkk 2006 dan Putranto dkk 2015 dikombinasikan untuk memperoleh tepung tulang ikan yang tinggi akan kalsium. Tingginya kandungan kalsium dalam tepung tulang ikan sehingga tepung tulang ikan sangat berpotensi untuk dijadikan bahan tambahan makanan untuk meningkatkan kandungan kalsium dalam makanan. Tepung tulang ikan memiliki kandungan kalsium lebih tinggi 30-70 kali dari kandungan kalsium dalam daun kecipir yang pernah diteliti oleh Lesnussa dkk tahun 2019, serta 2-4 kali lebih tinggi dari pada produk susu sapi olahan yang dijual pada pasaran. KESIMPULAN Pembuatan tepung tulang ikan dari ikan tuna sirip kuning, lemadang, dan kurisi diperoleh rendamen 25,8-29,4% b/b. Rendamen tertinggi di dapati pada ikan kurisi yaitu 29,4% b/b. Kandungan kalsium yang terdapat dalam tepung tulang ikan yaitu 72-77,4% b/b. Kandungan kalsium tertinggi di dapati pada ikan kurisi yaitu 77,4% b/b. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Pattimura yang telah memberikan bantuan dana penelitian kepada penulis melalui Kegiatan Penelitian Hibah Unggulan FKIP Universitas Pattimura. DAFTAR PUSTAKA Afrian, D. dan Suprayitno, E. 2019. The Effect of the Long Time of NAOH Seeding In the Loss Process Fat to the Quality of Gelatin Tiger Grouper Fish Bone Epinephelusfuscoguttatus. IOSR Journal of Agriculture and Veterinary Science IOSR-JAVS Volume 12, Issue 5 Ser. I, PP 62-66 Hapsari, N. dan Welasih, T. 2013. Pemanfaatan limbah ikan menjadi pupuk organic. Jurnal Teknik Lingkungan Lean, M. E. J. 2013. Ilmu Pangan, Gizi, dan Kesehatan. Edisi 7. Jakarta ; Pustaka Pelajar p-ISSN 2722-8258 e-ISSN 2722-8266 MJoCE/Vol 11 No 1/Januari 2021/Hal. 55-60 Lesnussa, T., Hattu, N., dan Dulanlebit, 2019. Analisis Kadar Kalsium Ca Dan Fosfor P Pada Daun Kecipir Psophocarpus Tetragonolobus L Di Pulau Ambon Dan Seram Bagian Barat. Molluca Journal Of Chemistry Education MJoCE Vol 9 No 1 2019 Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Nomor 75 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta; Kementerian Kesehatan Putranto, H. F., Asikin, A. N. dan Kusumaningrum, I. 2015. Karakterisasi Tepung Tulang Ikan Belida Chitala sp. Sebagai Sumber Kalsium Dengan Metode Hidrolisis Protein. Jurnal ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 Suprayitno, E. dan Sulistiyati, 2017. Metabolisme Protein. UB Press ; Malang Trilaksani, W., Salamah E. dan Nabil, M. 2006. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Tuna Thunnus sp. Sebagai Sumber Kalsium Dengan Metode Hidrolisis Protein. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol. 92 34-45 ... Penelitian lain juga dilakukan oleh Untailawam, 2021 yaitu tentang Studi Kandungan Kalsium Dalam Tepung Tulang Ikan yang hasilnya adalah Pembuatan tepung tulang ikan dari ikan tuna sirip kuning, lemadang, dan kurisi diperoleh rendamen 25,8-29,4% b/b. Rendamen tertinggi di dapati pada ikan kurisi yaitu 29,4% b/b. ...Bleaching earth industrial waste is usually disposed of and landfilled in solid waste disposal. This waste is rich in calcium and sulfur content so that it has the potential as a raw material for making Calcium Nitrate fertilizer. This research aims to process bleaching earth industrial waste into calcium nitrate fertilizer which is rich in the macronutrient Nitrogen and the micronutrient Calcium in accordance with EU Agricultural standards. This research method was carried out by reacting the waste with nitric acid at different concentrations, 1M; and while being heated at different temperatures, at 50℃, 55℃, 60℃, 65℃, and 70℃, using a magnetic stirrer with a stirring speed of 350 rpm. Then filtered to remove impurities with the filtrate. The filtrate is added with ammonium hydroxide, so that a solid is formed and the pH has reached a neutral atmosphere, then it is filtered and left to stand at room temperature. XRF analysis was carried out to add elements contained in the fertilizer and Kjedahl Spectrophotometer to indicate the total N-content. The highest yield was obtained at a concentration of M with a yield of with an actual weight of grams with an operating temperature of 70oC and for the best Calcium content, it was obtained at with a N-Total content of which complies with the EU Agriculture Commission LesnussaNikmans HattuYeanchon H DulanlebitOne of the leaves that can be consumed to fill nutritional need for people’s is kecipir leaves Phosphocarpus tetragonolobus L. This leave contains minerals among them caloium, potassium and phosphorus but the level is calcium potassium and phosphorus at kecipir not yet know. Therefor this study was making conduoted to find out level of caloium, potassium and phosphorus in kecipir leave at two different location that is Urimesing village and Eti village. Calcium and potassium levels are analyzed SSA while phosphorus levels are analyzed UV-VIS analysis result indicate calcium, potassium, phosphorus level in kecipir leaves at urimeseng village is 904,25 mg/100g, is 100,46 mg/100g and calcium potassium, phosphorus levels in kecipir leave at Eti village is mg/100g and 190,498 mg/100g. based on these result obtained calcium, potassium and phosphorus levels with different values from each sampling location. This happened because of geographic location, soil structure and water content greatly affect the levels of calcium, potassium, and Limbah Tulang Ikan Tuna Thunnus sp. Sebagai Sumber Kalsium Dengan Metode Hidrolisis ProteinE SuprayitnoT D SulistiyatiW Malang TrilaksaniE SalamahM Dan NabilSuprayitno, E. dan Sulistiyati, 2017. Metabolisme Protein. UB Press ; Malang Trilaksani, W., Salamah E. dan Nabil, M. 2006. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Tuna Thunnus sp. Sebagai Sumber Kalsium Dengan Metode Hidrolisis Protein. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol. 92 34-45
Padadibakar tulang hewan seperti ikan, ayam, kambing, kerbau dan sapi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencucian dengan menggunakan detergen agar zat bekas makanan atau minuman dapat larut dan limbah keras menjadi bersih. 3. Pengeringan. Setelah diberi warna, bahan limbah harus dikeringkan kembali dengan sinar matahari langsung atau
Tulang ikan merupakan limbah yang apabila tidak ditangani akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satu yang dapat diupayakan adalah mengolah tulang ikan menjadi lem ikan merupakan hasil ekstraksi kolagen dengan menggunakan pelarut yang bersifat asam. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas lem ikan dengan bahan baku tulang ikan beberapa spesies. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang ikan pari, tulang ikan kakap merah, dan tulang ikan lele yang masing-masing didapatkan di UD Misri Bersaudara Demak, Pasar Gang Baru Pecinan Semarang, dan Kampung Lele Boyolali. Metode penelitian yang digunakan bersifat eksperimental laboratoris dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap RAL. Perlakuan yang diterapkan adalah perbedaan bahan baku tulang ikan antara lain ikan pari, ikan kakap merah dan ikan lele dengan masing-masing tiga kali pengulangan. Parameter yang diamati adalah keteguhan rekat, kerusakan permukaan kayu, viskositas, pH dan kadar air. Data dianalisis menggunakan analisa ragam ANOVA. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur BNJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku tulang ikan yang berbeda berpengaruh nyata P Ftabel pada taraf uji 0,05 p > 0,05 makan ada perbedaan nyata makan dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur BNJ dengan nilai koefisien keragamannya < 0,05. Uji lanjut Beda Nyata Jujur digunakan untuk mengetahui perlakuan mana yang paling berpengaruh pada suatu percobaan Hanafiah, 2005. 3. HASIL & PEMBAHASAN Keteguhan Rekat Nilai keteguhan rekat tertinggi didapatkan pada lem ikan kakap K yaitu sebesar 13,45 N/mm2, sedangkan nilai keteguhan rekat terendah didapatkan oleh lem ikan lele L yaitu sebesar 4,1 N/mm2. Ketiga jenis lem ikan tersebut semuanya memenuhi standar SNI PVAc sebagai pembanding standar. Menurut Badan Standarisasi Nasional 1999 SNI 06-6049-1999, perekat polivinil asetat emulsi untuk pengerjaan kayu disyaratkan memiliki keteguhan rekat minimal 3 N/mm2. Nilai keteguhan rekat pada lem ikan dipengaruhi oleh kandungan kolagen yang terdapat pada bahan baku lem tersebut. Menurut Darmanto et al., 2014 kandungan protein kolagen pada tulang ikan pari sebesar 28,52%, kandungan protein kolagen pada tulang ikan kakap merah sebesar 24,50%, dan kandungan protein kolagen pada tulang ikan lele sebesar 25,59%. Nilai pengujian keteguhan rekat pada penelitian ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain, memiliki nilai yang lebih tinggi. Berdasarkan penelitian Rohmah et al., 2015, yang melakukan penelitian pembuatan lem ikan dengan bahan baku tulang ikan bandeng, nila, dan manyung, didapatkan hasil nilai keteguhan rekat lebih rendah dibandingkan dengan lem ikan pari, kakap merah maupun lele. Adapun hasil nilai keteguhan rekat antara lain, lem ikan bandeng sebesar 1,48 N/mm2; lem ikan nila sebesar 5,25 N/mm2; dan lem ikan manyung sebesar 6,61 N/mm2. Kerusakan Permukaan Kayu Nilai kerusakan permukaan kayu antara lem ikan pari P, lem ikan kakap K, dan lem ikan lele L, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian perlakuan perbedaan jenis tulang ikan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kerusakan permukaan kayu. Menurut Nugroho et al., 2015 pemberian perlakuan perbedaan jenis tulang ikan memberikan pengaruh perbedaan yang nyata terhadap nilai kerusakan permukaan kayu. Penggunaan bahan baku tulang ikan kuniran berbeda nyata dengan bahan baku tulang ikan kurisi. Penggunaan bahan baku tulang ikan kurisi tulang dan ikan swangi juga berbeda nyata terhadap tingkat kerusakan kayu. Ketiga bahan baku masing-masing tulang ikan kuniran, kurisi, dan swangi memiliki perbedaan nyata terhadap nilai kerusakan kayu. Nilai kerusakan permukaan kayu tertinggi didapatkan pada lem ikan kakap K yaitu sebesar 72,29 %, sedangkan nilai keteguhan rekat terendah didapatkan oleh lem ikan lele L yaitu sebesar 6,12 %. Uji kerusakan permukaan kayu merupakan parameter penting kedua setelah keteguhan rekat. Nilai kerusakan permukaan kayu selalu berbanding lurus dengan nilai keteguhan rekat. Semakin tinggi nilai keteguhan rekat pada perekat / lem, semakin tinggi pula nilai kerusakan yang di dapat pada permukaan kayu yang direkatkan tersebut. Menurut Xiao et al., 2007, dari hasil uji geser, selain keteguhan rekat, persentase kerusakan pada permukaan kayu juga dihitung. Prinsip dalam pengukuran persentase kerusakan permukaan kayu adalah perekat yang merekat pada permukaan kayu diasumsikan lebih kuat daripada substrat kayu tersebut. Oleh karena itu, pengukuran kerusakan permukaan kayu setelah uji geser merupakan indikator yang mendukung keteguhan rekat. Kerusakan permukaan kayu biasanya merupakan indikasi dari keteguhan rekat dari perekat yang digunakan, dengan persentase kerusakan permukaan kayu yang tinggi, menunjukkan bahwa keteguhan rekat dari perekat lebih kuat daripada kayu itu sendiri. Pengujian kerekatan perekat untuk mengetahui efektifitas perekat terhadap bahan yang direkatkan. Persentase kerusakan kayu salah satu kriteria penilaian lem. Nilai kerusakan kayu dipengaruhi oleh nilai keteguhan rekat. Persentase kerusakan kayu yang tinggi disebabkan oleh tingginya nilai keteguhan rekat sehingga menghasilkan kualitas perekatan yang tinggi dan sebaliknya apabila nilai keteguhan rekat rendah maka nilai kerusakan permukaan kayu rendah. 59 Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 4 No. 1 Mei 2018 Aji, dkk. p-ISSN 2460-9986 e-ISSN 2476-9436 Menurut Saleh et al., 1995, persentase kerusakan kayu merupakan salah satu kriteria penilaian mutu perekat dan perekatan. Persentase kerusakan kayu yang tinggi disebabkan karena tingginya keteguhan rekat lem sehingga menghasilkan kualitas perekatan yang tinggi. Semakin tinggi persentase kerusakan kayu maka semakin baik kualitas lem ikan karena berarti mempunyai kekuatan rekat yang 1. Data Perbedaan Kualitas Lem Ikan Dari Tiga Jenis Tulang Ikan Yang Berbeda Keterangan - Data merupakan rata-rata dari tiga kali ulangan ± Standar Deviasi - Data yang diikuti tanda huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata P < 0,05 Viskositas Nilai viskositas antara lem ikan pari P, lem ikan kakap K, dan lem ikan lele L, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian perlakuan perbedaan jenis tulang ikan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai viskositas. Nilai viskositas tertinggi didapatkan pada lem lele L yaitu sebesar 4,02 poise, sedangkan nilai viskositas terendah didapatkan oleh ikan kakap K yaitu sebesar 3,87 poise. Nilai viskositas masing-masing bahan baku berbeda-beda karena pengaruh dari jenis tulang dan habitat dari ketiga jenis ikan tersebut. Ketiga jenis lem ikan tersebut telah memenuhi standar SNI PVAc sebagai pembanding standar. Menurut Badan Standardisasi Nasional 1999 SNI 066049-1999, perekat polivinil asetat emulsi untuk pengerjaan kayu disyaratkan memiliki derajat kekentalan minimal 1,0 poise. Viskositas berbanding terbalik dengan keteguhan rekat. Semakin rendah viskositas, maka semakin cepat perekat merembes ke dalam sel kayu, sehingga keteguhan rekat semakin kuat. Selain itu, viskositas juga berpengaruh terhadap pH perekat. Kondisi pH yang mendekati normal akan membuat perekat semakin kental. Menurut Sulistyanto et al., 2015 nilai viskositas pada lem ikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas lem karena nilai viskositas mempengaruhi nilai keteguhan rekat. Semakin rendah nilai viskositas, maka nilai keteguhan rekat semakin tinggi. Rendahnya viskositas akan memudahkan proses penyebaran bidang perekatan sehingga menghasilkan perekatan yang baik. Pengujian dilakukan untuk mengetahui nilai viskositas lem setelah proses pengentalan, karena pengentalan berpengaruh terhadap proses perekatan, semakin rendah nilai viskositas maka proses penyebaran lem menjadi cepat sehingga proses perekatan menjadi cepat. Lem yang baik adalah lem yang memiliki bentuk yang tidak terlalu kental, namun juga tidak terlalu encer. Lem yang viskositasnya rendah, akan meningkatkan kualitas perekatan kayu yang dihasilkan. Menurut Widiyanto 2011, semakin kecil viskositas perekat maka semakin besar kemampuan perekat untuk mengalir, berpindah dan mengadakan penetrasi serta pembasahan. Hal ini akan semakin meningkatkan kualitas perekatan yang dihasilkan. Tetapi jika viskositas perekat terlalu rendah encer akan menyebabkan rendahnya nilai keteguhan rekat. Untuk itu kekentalan harus diatur agar jangan sampai terlalu kental atau pun terlalu encer. Kadar Air Nilai kadar air antara lem ikan pari P, lem ikan kakap K, dan lem ikan lele L, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian perlakuan perbedaan jenis tulang ikan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kadar air. Nilai kadar air tertinggi didapatkan pada lem ikan lele L yaitu sebesar 65,51%, sedangkan nilai kadar air terendah didapatkan oleh lem ikan pari P yaitu sebesar 49,03%. Nilai kadar air berbanding terbalik dengan nilai viskositas dan kecepatan perekat masuk ke dalam bahan yang direkatkan. Menurut Pearson et al., 2003, kadar air mempunyai korelasi positif terhadap parameter perekatan, yaitu viskositas. Hal ini berarti bahwa dengan semakin rendahnya viskositas, kadar air juga akan semakin tinggi, sehingga perekat akan semakin cepat meresap kedalam bahan yang direkatkan. Nilai kadar air lem ikan yang diperoleh berkisar antara 49,03%.– 65,51%. Lem ikan yang baik memiliki kadar air dibawah 55%, sehingga berbentuk cair. 60 Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 4 No. 1 Mei 2018 Aji, dkk. p-ISSN 2460-9986 e-ISSN 2476-9436 Berdasarkan nilai kadar air tersebut, hanya lem ikan lele L yang belum memenuhi standar yang baik. Swastawati et al 2007 menyatakan bahwa lem ikan berbentuk cair pada temperatur ruangan dan memiliki nilai kadar air 45 – 55%. Lem ikan yang kering dapat dilarutkan dalam air. Pada pendinginan sampai 40°F 4,44°C lem ikan cair berubah menjadi gel. Perubahan ini bersifat reversibel, karena lem ikan kembali menjadi cairan tanpa terjadi perubahan sifat ketika dipanaskan sampai temperatur ruangan. Nilai pengujian kadar air pada penelitian ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain, memiliki nilai yang hampir sama. Berdasarkan penelitian Rohmah 2015, yang melakukan penelitian pembuatan lem ikan dengan bahan baku tulang ikan bandeng, nila dan manyung didapatkan hasil nilai kadar air antara lain, lem ikan bandeng sebesar 41,87%; lem ikan nila sebesar 49,13%; lem ikan manyung sebesar 54,84%.. Derajat Keasaman pH Nilai derajat keasaman pH antara lem ikan pari P, lem ikan kakap K, dan lem ikan lele L, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian perlakuan perbedaan jenis tulang ikan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai derajat keasaman pH. Nilai derajat keasaman pH tertinggi didapatkan pada lem ikan pari P yaitu sebesar 5,65, sedangkan nilai derajat keasaman pH terendah didapatkan oleh lem ikan kakap K yaitu sebesar 5,08. Ketiga jenis lem ikan tersebut telah memenuhi standar SNI PVAc sebagai pembanding standar. Menurut Badan Standardisasi Nasional 1999 SNI 06-6049-1999, perekat polivinil asetat emulsi untuk pengerjaan kayu disyaratkan memiliki derajat keasaman pH sebesar 3-8. Nilai pH berpengaruh terhadap kestabilan derajat kekentalan perekat karena perekat ikan yang dibuat ini merupakan hasil ekstraksi kolagen dari tiga jenis ikan yang mengandung beberapa asam amino. Menurut Winarno 2004, asam amino dalam kondisi netral berada dalam bentuk ion dipolar. Pada asam amino dipolar, gugus asam amino mendapat tambahan sebuah proton dan gugus karboksil terdiosisasi. Derajat ionisasi dari asam amino sangat dipengaruhi oleh pH. Pada pH netral dapat terjadi pengendapan, sehingga derajat kekentalannya akan semakin meningkat. Sedangkan pada pH rendah misalnya pH 1 gugus karboksilnya tidak terdisosiasi dan gugus aminonya menjadi ion. Tetapi pada pH yang tinggi misalnya pH 11 gugus karboksilnya terdisosiasi, sedang gugus aminonya tidak. Nilai derajat keasaman pH dari lem ikan yang dihasilkan akan berhubungan dengan bahan pengekstrak dari lem yaitu larutan asam asetat CH3COOH. Menurut Nugroho et al., 2015 pengujian pH dilakukan untuk mengetahui kestabilan lem yang hubungannya dengan daya simpan lem ikan. Nilai pH yang berkisar antara 4 – 5 mempunyai tingkat kestabilan tinggi. Jika tingkat kestabilan tinggi maka daya simpan lem akan lebih lama. Nilai pengujian derajat keasaman pH pada penelitian ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain, memiliki nilai yang sedikit berbeda. Berdasarkan penelitian Rohmah et al., 2015, yang melakukan penelitian pembuatan lem ikan dengan bahan baku tulang ikan bandeng, nila dan manyung didapatkan hasil nilai derajat keasaman pH yang sedikit berbeda dengan lem ikan pari, kakap, maupun lele. Adapun hasil nilai derajat keasaman pH antara lain, lem ikan bandeng sebesar 4,4; lem ikan nila sebesar 4,5; dan lem ikan manyung sebesar 4,6 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian perbandingan kualitas lem ikan dari tiga jenis ikan yang berbeda adalah sebagai berikut 1. Perlakuan jenis bahan baku mempengaruhi kualitas lem ikan. Bahan baku tulang ikan pari Dasyatis sp., ikan kakap merah Lutjanus sp., dan ikan lele Clarias batrachus memberikan pengaruh berbeda nyata setelah dilakukan uji analisa keragaman ANOVA dan uji beda nyata jujur BNJ dengan nilai p < 0,05 terhadap nilai keteguhan rekat, kerusakan permukaan kayu, viskositas, kadar air, dan derajat keasaman pH lem ikan yang dihasilkan. 2. Lem ikan dengan bahan baku tulang ikan kakap merah Lutjanus sp. merupakan produk yang terbaik.. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia Tentang Polivinil Asetat Emulsi untuk Perekat Pengerjaan Kayu. SNI 06-60491999, Jakarta. Beatricx, and Fadilla, 2011. Pengaruh Ph Dan Kecepatan Pengadukan Pada Ekstraksi Protein Dari Tulang Ayam Dengan Solvent Larutan NaOH. Technical Report. Universitas Diponegoro. Semarang. Darmanto, Y. S., Tri W. A., Fronthea, S., and Al Bulushi I. 2013. The Effect of Fish Bone Collagens in Improving Food Quality. International Food Research Journal., 21 3 891-896. Hanafiah, K, A. 2005. Rancangan Percobaan. PT Raja Grafindo Persaja, Jakarta. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Data Produksi Perikanan Indonesia. Mei 2014. 61 Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 4 No. 1 Mei 2018 Aji, dkk. p-ISSN 2460-9986 e-ISSN 2476-9436 Nugroho, Y. S. Darmanto, dan U. Amalia. 2015. Perbandingan Kualitas Lem Berbahan Baku Tulang Ikan dari Tiga Jenis Ikan laut Yang Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan, 11172-77. Pearson, C. L., A. Pizzi, and K. L. Mittal. 2003. Handbook of Adhesive Technology, Second Edition, Revised and Expanded. Marcel Dekker, Inc., United States of America. Permata, W. 2016. Gelatin Dari Tulang Ikan Lele Clarias Batrachus Pembuatan dengan Metode Asam, Karakterisasi Dan Aplikasinya Sebagai Thickener Pada Industri Sirup. Jurnal Ilmiah Widya Teknik, 152 146-152. Purwadi, T. 1999. Pengkajian Mutu dan Tekno-Ekonomi Perekat dari Tulang Ikan. [Skripsi]. Program Studi Teknologi Pasca Panen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rohmah, Y. S. Darmanto, dan U. Amalia 2015. Karakteristik Lem Dari Tulang Ikan Dengan Habitat Yang Berbeda Payau, Tawar, dan Laut. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 4211-16. Saleh, M., Embun, S. Wijandi, dan N. Haq . 1995. Ekstraksi Lem Ikan dari Tulang Ikan Pari. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 1 2 28-38. Salim, A. 2010. Analisis Kimia Ammonia pada Ikan dan Analisis Kesegaran Ikan. Kementrian Pendidikan Nasional. Politeknik Negeri Jember, Jember. Sulistyanto, E. P., Y. S. Darmanto, dan U. Amalia. 2015. Karakteristik Lem Ikan Dari Tiga Jenis Ikan Laut Yang Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 7123-31. Swastawati, F., Akhmad S. F., dan Putut H. R. 2007. Pemanfaatan Limbah Hasil Perikanan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Widiyanto, A. 2011. Kualitas Papan Partikel Kayu Karet Hevea brasiliensis Muell. Arg dan Bambu Tali Gigantochloa apus Kurz dengan Perekat Likuida Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 294301-311. Winarno, 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Xiao, H., W. Wang, and Chui. 2007. Evaluation of shear strength and percent wood failure criteria for qualifying new structural adhesives. Research Report. University of New Brunswick, Canada. 83p. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this aim of this study was to evaluate the effect of addition of 6% collagen extracted from various sources of fish bones on the quality of myofibril proteins of fish. For this purpose, fish bones were collected from 9 different fish species seawater catfish Arius thalasinus, threadfin bream Nemipterus nematophorus, stingrayfish Dasyatis sephen, big eye snapper Lutjanus lutjanus, catfish Clarias batrachus, shark Charcarius sp, eastern little tuna Euthynnus affinis, lizardfish Saurida tumbil and purple-spotted bigeye Priacanthus tayenus. Quality of myofibril was evaluated for its water sorption isotherm, Ca-ATPase activity, water holding capacity, gel strength, folding test and viscosity of protein, as well as proximate composition, phosphorus and calcium contents as supporting quality parameters. The result showed that the effect of collagen addition on the phosphorus and calcium contents in myofibril proteins varies according to fish sources species. The addition of collagen can also retard the decrease of Ca-ATPase activity, viscosity, gel strength, folding test and water holding capacity in myofibril proteins. High value of gel strength, water holding capacity and folding test shows a high quality of myofibril protein-based product, especially for collagen added from snapper collagen with the value of gr/cm, ± A, respectively and threadfin bream collagen with the value of gr/cm, ± A, respectively. The addition of fish bone collagens did not show significant difference in water sorption isotherm profile of myofibril protein, but all collagens has an effect on retarding the denaturation rate of myofibril protein. This research delivered a conclusion that collagen extracted from various source of fish bones have influences on food quality especially in altering the rate of protein SalehRatna Sari EmbunSoesarsono WijandiNurul HaqDalam pengolahan ikan pari asin, bagian yang dimanfaatkan hanya daging sayapsaja, sedangkan bagian lain yang terdiri dari isi perut, tulang punggung dan kepala yang mencapai sekitar 55%, terbuang sebagai limbah. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan ikan pari telah dilakukan penelitian pengolahan lem dari tulang ikan ini dengan penekanan khusus pada pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap rendemen den mutu lem yeng Nasional Indonesia Tentang Polivinil Asetat Emulsi untuk Perekat Pengerjaan Kayu. SNI 06-60491999Nasional Badan StandardisasiBadan Standardisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia Tentang Polivinil Asetat Emulsi untuk Perekat Pengerjaan Kayu. SNI 06-60491999, Ph Dan Kecepatan Pengadukan Pada Ekstraksi Protein Dari Tulang Ayam Dengan Solvent Larutan NaOHL M BeatricxH U FadillaBeatricx, and Fadilla, 2011. Pengaruh Ph Dan Kecepatan Pengadukan Pada Ekstraksi Protein Dari Tulang Ayam Dengan Solvent Larutan NaOH. Technical Percobaan. PT Raja Grafindo PersajaK HanafiahHanafiah, K, A. 2005. Rancangan Percobaan. PT Raja Grafindo Persaja, Produksi Perikanan IndonesiaKementerian Kelautan Dan PerikananKementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Data Produksi Perikanan Kualitas Lem Berbahan Baku Tulang Ikan dari Tiga Jenis Ikan laut Yang BerbedaI T NugrohoY S DarmantoDan U AmaliaNugroho, Y. S. Darmanto, dan U. Amalia. 2015. Perbandingan Kualitas Lem Berbahan Baku Tulang Ikan dari Tiga Jenis Ikan laut Yang Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan, 111 of Adhesive Technology, Second Edition, Revised and ExpandedC L PearsonA PizziPearson, C. L., A. Pizzi, and K. L. Mittal. 2003. Handbook of Adhesive Technology, Second Edition, Revised and Expanded. Marcel Dekker, Inc., United States of Dari Tulang Ikan Lele Clarias Batrachus Pembuatan dengan Metode Asam, Karakterisasi Dan Aplikasinya Sebagai Thickener Pada Industri SirupW PermataPermata, W. 2016. Gelatin Dari Tulang Ikan Lele Clarias Batrachus Pembuatan dengan Metode Asam, Karakterisasi Dan Aplikasinya Sebagai Thickener Pada Industri Sirup. Jurnal Ilmiah Widya Teknik, 152 Mutu dan Tekno-Ekonomi Perekat dari Tulang IkanT PurwadiPurwadi, T. 1999. Pengkajian Mutu dan Tekno-Ekonomi Perekat dari Tulang Ikan. [Skripsi].
Bahanyang harus disiapkan, yaitu: Pertama, dedak bekatul sebanyak 0,88 kg. Kedua, tepung kedelai sebanyak 1 kg. Ketiga, tepung tulang sebanyak 0,88 kg. Tepung tulang ini berasal dari tulang ayam yang sudah dihaluskan. Keempat, tepung ikan sebanyak 1 kg. Kelima, azolla sebanyak 0,88 kg. Keenam, telur kampung 3 biji.
Selama ini tulang ikan biasa dipergunakan sebagai bahan pakan ternak. Tulang ikan dihaluskan menjadi tepung tulang. Sebagian besar orang membuang limbah tulang ikan ini karena tidak lagi bermanfaat. Jika masa panen ikan, orang tidak sempat lagi mengolah limbah tulang ikan. Limbah tulang ikan menjadi pemandangan yang mengganggu karena hanya dibuang begitu saja di sekitar lingkungan. Ternyata Limbah tulang ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kerajinan yang cukup unik dan artistik. Produk kerajinan dari tulang ikan masih tergolong langka, sehingga sangat berpotensi dikembangkan lebih lanjut. Masyarakat yang tinggal di dekat perairan laut, pantai atau pasar ikan tidak akan menemui kesulitan dalam memperoleh limbah tulang ikan dan tidak perlu mengeluarkan banyak dana untuk mendapatkan bahan baku kerajinan ini. 1 Bahan pembuatan produk kerajinan dari limbah tulangikan Bahan baku pembuatan kerajinan limbah tulang ikan adalah tulang ikan dengan seluruh bagiannya. Selain itu, digunakan pula lem power dan semprotan pewarna. Bahan Pembuatan Limbah Tulang Ikan; a. tulang ikan b. lem c. cat semprot 2 Alat pembuatan kerajinan limbah tulang ikan Alat pembuatan kerajinan limbah tulang ikan mudah didapat di antaranya Amplas Gergaji besi Lem tembak Gerinda. 3 Produk kerajinan dari limbah tulang ikan Dengan berbekal keterampilan, kreativitas, dan alat-alat sederhana, produk kerajinan dari limbah tulang ikan ini dapat diolah menjadi berbagai bentuk seperti hiasan dinding/ruang, bunga, miniatur kendaraan, dan miniatur tokoh. 4 Proses pembuatan kerajinan dari limbah tulang ikan Proses pembuatan kerajinan dari tulang ikan tidak sesederhana yang dibayangkan. Untuk menghasilkan produk yang bagus diperlukan ketelitian dan kesabaran dalam membuatnya. Agar hasilnya dapat bervariasi dan unik, perlu dibuat rancangan terlebih dahulu sehingga hasilnya lebih rapi dan sesuai prinsip keindahan. Proses pembuatan kerajinan tulang ikan yang disajikan ini berupa kerajinan aksesoris. Langkah - Langkah Pembuatan 1. Pilihlah tulang rusuk ikan yang besar dan bagus. 2. Bilah menjadi kecil kecil mengikuti ruas. Tulang yang besar untuk liontin. 3. Susun dengan roncean di seutas tali kulit. 4. Ikat tali membentuk simpul pada ujung tali kanan dan kiri. 5. Kalung sudah jadi dan siap di pakai. Kerajinan Tangan Limbah Tulang Ikan - Mengolahan tulang ikan dapat dilakukan dengan cara sederhana. Setelah dicuci bersih, tulang ikan dijemur matahari langsung. Satu hal yang perlu diperhatikan yaitu pisahkan bagian-bagian yang berpotensi untuk dijadikan produk kerajinan yang sesuai. Tulang ikan dapat pula diberi warna dengan menggunakan pewarna kuas atau semprot.
M3nXVZ. r2n2n8dyui.pages.dev/243r2n2n8dyui.pages.dev/168r2n2n8dyui.pages.dev/427r2n2n8dyui.pages.dev/81r2n2n8dyui.pages.dev/547r2n2n8dyui.pages.dev/328r2n2n8dyui.pages.dev/358r2n2n8dyui.pages.dev/263
tulang ikan dapat diberi warna dengan menggunakan